Salah satu topik perbincangan dengan seorang teman di telepon pagi ini membuat saya terhenyak. Teman saya ini adalah salah seorang jurnalis di tempat saya bekerja dulu. Hari ini saya mendengar cerita dari teman saya itu (sebut saja A-kok kayak berita kriminal gini ya?:p. Sengaja namanya disamarkan, saya ngga enak sama teman saya itu), ternyata kepindahan saya masih dibicarakan di kantor dulu. A ini bercerita kalau ada salah satu orang yang menyatakan bahwa mereka kecewa dengan kepindahan saya ke 'rumah baru' (majalah).
Mengenai itu, saya bisa memahami dan menganggap hal itu wajar. Saya juga pasti bersikap seperti itu jika ada seseorang yang bekerja dengan saya lalu keluar. Tapi yang membuat saya terkejut adalah pernyataannya yang mengatakan seolah-olah bekerja di majalah adalah bukan wartawan sejati. Mengutip dari teman, pernyataannya kurang lebih seperti ini, 'Saya tahu dia (maksudnya:saya) itu pindah karena ingin lebih santai, padahal kemampuannya akan lebih terasah kalau di harian. Kalau di sana (tempat saya sekarang) seperti bukan wartawan sejati'.
Saya sebenarnya sudah pernah mendengar salah seorang atasan ngomong soal itu ketika saya mengajukan pengunduran diri. Saat itu dia menanyakan apa saya benar-benar ingin menjadi wartawan? Saya mengiyakan. Tapi lalu dia mengatakan, kalau saya pindah ke tempat saya sekarang, saya tidak akan menjadi wartawan dan tidak akan berkembang, tapi hanya seperti seorang PR. Dia menyimpulkan itu hanya melihat dari wikipedia dan belum melihat majalahnya. (Setelah saya bilang mau pindah ke majalah, dia langsung search di mbah Google soal media ini).
Jujur, saya tidak setuju dengan hal itu. Pemahaman saya mengenai wartawan adalah seseorang yang mencari, menghimpun, mengolah fakta dan menulisnya menjadi berita. Pemahaman yang saya terima saat saya kuliah.
Sebagai info, media tempat saya bekerja sekarang mengkhususkan diri pada ekonomi keuangan syariah. Isinya tentu saja mengenai isu-isu keuangan syariah tertentu, bisa mengenai wirausaha sukses syariah, akad syariah, maupun bisnis suatu lembaga keuangan syariah. Sama seperti media lainnya, media ini juga ada advertorial. Alur pekerjaannya sama seperti jurnalis lainnya. Saya meliput, mengolah dan menulisnya menjadi berita atau feature yang arahnya mensosialisasikan mengenai ekonomi keuangan syariah Indonesia. Lalu, apakah pekerjaan seperti itu bisa dibilang bukan wartawan (sejati)?
Ya saya akui jika bekerja di harian setiap harinya kita akan menemukan deadline dan kemampuan menulis bisa lebih terasah. Tapi mengenai pengembangan diri, saya yakin hal itu akan berpulang pada pribadi masing-masing. If you want to do more and be a successful person, you will always search a way to develop and leverage your competence and skill. If you're happy with your condition and do not want to change it, then don't do nothing. It's simple.
Saat mendengar cerita dari teman saya itu mengenai 'wartawan sejati', awalnya saya marah, lalu kecewa. Sekarang saya malah jadi sedih dan terus mikir, apa iya ukuran wartawan dinilai dari hal-hal yang tadi?
Apa sebenarnya arti dari wartawan sejati?
Menurut gw sih, wartawan sejati itu ga diliat dari tempat dia bekerja, tapi bagaimana dia bekerja. Katakanlah seorang wartawan bekerja di harian, tapi bikin berita asal-asalan, pake fakta palsu pula, apa iya dia itu wartawan sejati? Di lain sisi, bekerja di majalah, tapi bisa menggali berita lebih dalam, dan setiap faktanya bisa dipertanggungjawabkan, itu dia wartawan yg sejati. Sebenarnya kata "sejati" itu kan artinya "benar", jadi wartawan sejati ya wartawan yg benar. Benar2 wartawan - bukan bodrek, dan bekerja juga dengan benar.
ReplyDeleteWartawan sejati itu cuma yg kerja di harian, saban hari liputan politik, pernah wawancara presiden, dsb, blech! itu sih anggapan orang yg ga ngerti esensi jadi seorang wartawan. Ah, you don't have to be disappointed by that, Yogs. It doesn't matter you are a "wartawan sejati" or not, the most important thing is what you do for others, your audience. Kalo yg lo lakukan bermanfaat buat orang banyak, itu udah lebih dari cukup gw rasa. Peduli amat sama apa kata orang. :D
Thanks ya, Sa..gw jadi terharu (hiks mulai lebay). Biasanya gw cuek aja sama apa kata orang, cuma yang kemaren itu ngga tau kenapa jadi kepikiran..hehehe. Now, I'm fine..Life GOES ON!
ReplyDelete