Friday 21 August 2015

Europe On Screen 2015: A Review

Review ini udah late post banget sebenernya. Tapi, ya sudahlah ya... Sebenarnya saya agak ketinggalan ngikutin Europe On Screen 2015 ini. Baru keinget untuk nonton di pekan kedua, which means it was the final week *sigh*. Tapi nggak masalah deh ya, yang penting masih bisa sempet nonton. Walaupun hanya menonton di minggu terakhir pemutaran film, saya berhasil nonton delapan film. Lumayan, kaaann...hehehe.


Day 1
12.00 WIB - Ploddy The Police Car On The Case
Venue: Institut Francais Thamrin
Best Children Film, Amanda Awards (Norway's Academy Award) 2013

Film ini mengisahkan sebuah mobil polisi lincah bernama Ploddy yang bertugas menjaga burung elang simbol kebanggaan Eagle Park. Insiden terjadi ketika induk elang ditangkap oleh seorang pencuri hewan langka. Ploddy pun mengurus anak sang elang yang tertinggal. Dari sisi ceritanya film ini sederhana, namun warna yang digunakan cerah sehingga membuat anak-anak yang menonton betah.

14.30 WIB - On The Way to School
Venue : London School of Public Relations
Best Documentary, Cesar Awards 2014

Empat orang anak yang tinggal di negara berbeda menempuh jalan yang tak mudah demi menuntut ilmu menuju sekolahnya. Bayangkan saja Zahira yang berasal dari Maroko membutuhkan waktu 4 jam untuk berjalan kaki dari rumah menuju sekolahnya. Melintasi Pegunungan Atlas yang medannya lumayan menantang untuk dilalui. Sementara di Argentina, Carlito harus menunggang kuda bersama adiknya dari rumahnya yang terpencil. Rintangan berbeda dihadapi Jackson di Kenya yang tak hanya harus menempuh waktu 2 jam berjalan kaki ke rumahnya, tapi juga harus selalu waspada terhadap kawanan gajah hingga singa karena harus melewati savana setiap hari di rutenya menuju sekolah. Perjuangan untuk menuju sekolah juga digambarkan melalui kisah Samuel dan dua saudaranya yang berasal dari India. Yang bikin salut adalah kukuhnya semangat Samuel yang disabilitas untuk pergi ke sekolah dengan kursi roda, yang didorong oleh dua saudaranya yang hebat. Saya kagum akan perjalanan setiap anak-anak itu. Lewat film ini akan terlihat perjuangan anak-anak untuk bisa pergi ke sekolah demi mengubah masa depannya menjadi lebih baik. Ada angan dan harapan yang terselip di sana. Saya pun jadi teringat kondisi mereka tak berbeda jauh dengan anak-anak yang tinggal di pelosok Indonesia.


17.00 WIB - European Short Animation Films by Haff
Venue : Erasmus Huis
Film pendek animasi yang ditayangkan ini disusun oleh The Holland Animation Film Festival (HAFF), sebuah festival film animasi internasional yang digelar setiap musim semi di Belanda. Jadi karya-karya sejumlah sineas dunia ini telah melalui screening panitia HAFF. Dari sekian banyak film pendek animasi yang ditayangkan, saya suka dengan karya Job, Joris dan Marieke yang ditayangkan saat awal (A Single Life) dan akhir seri film (Bon Voyage!). Ceritanya simpel, dan mudah dipahami. Oh ya, di akhir film ini ada juga salah satu kurator animasi yang hadir untuk menjelaskan proses penyeleksian film.

19.30 WIB - 100 Year-Old Man Who Climbed A Window and Disappeared
Venue : Erasmus Huis
Audience Award Guldbagge International Film Festival 2014, Audience Award Chicago International Film Festival 2014, Audience Choice Award Durban International Film Festival 2014


Judulnya yang menarik membuat saya penasaran menonton film ini. Ternyata film ini merupakan hasil adaptasi dari novel karya penulis Swedia, Jonas Jonasson dari judul yang sama. Menonton film ini pasti akan membuat Anda terbahak-bahak. Saat melihat film ini mungkin Anda akan berpikir kalau pemeran utama sangat beruntung bisa melalui segala peristiwa yang terjadi tanpa terluka sedikit pun. Keberuntungan yang membuat penonton geleng kepala. Dan, memang ternyata itulah ciri khas dari Jonasson. Dalam novel lain karyanya yang berjudul A Girl Who Saved King of Sweden pun ceritanya punya nuansa slenge’an keberuntungan yang sama. Jadi, hilang kemana si kakek berusia 100 tahun itu? Petualangan menarik apa saja yang dialaminya? Nonton aja film ini. Seru!


Day 2
12.00 WIB - Moon Man
Venue : Institut Francais Thamrin
Special Mention Reykjavik International Film Festival 2011
Alkisah ada seorang Manusia Bulan yang merasa bosan dengan kehidupannya di atas sana dan selalu penasaran mengenai kehidupan di bumi. Saat ada komet menuju bumi, ia pun menggantungkan tangannya di ekor komet agar bisa sampai ke daratan bumi. Saat itulah ia memulai petualangannya di bumi. Di sini ia pun bertemu dengan sejumlah anak-anak yang ternyata merindukan kehadirannya di bulan. Kendati pada awalnya Der Mondmann menyenangi masanya di bumi, ia merasa kesepian dan ingin kembali ke bulan, apalagi ternyata anak-anak merindukan kehadirannya di bulan yang setiap malam selalu menemani mereka saat tidur dan memandang ke seluruh anak-anak di bumi. Di waktu bersamaan sang Presiden yang ambisius dan serakah memiliki keinginan untuk menaklukkan bulan dan menguasainya. Untuk mewujudkan hal tersebut, Presiden meminta bantuan ilmuwan Bunsen van der Dunkel untuk membuat sebuah roket ke bulan. Der Mondmann pun melihat kesempatan itu sebagai pintu keluarnya untuk kembali ke bulan. Berhasilkah ia?

14.30 WIB - Citizenfour
Venue : Erasmus Huis
Best Documentary Academy Awards 2015, Best Documentary BAFTA 2015
Kisah Edward Snowden yang dituduh sebagai pengkhianat oleh pemerintah USA karena membocorkan rahasia negara ini dikemas dalam bentuk film dokumenter. Film ini dimulai ketika sang sutradara, Laura Poitras menerima email misterius dari CITIZENFOUR, yang mengaku memiliki bukti tentang program pengawasan ilegal oleh agen keamanan nasional Amerika (NSA) dengan agen intelejensi dunia lainnya. Bertemulah kemudian mereka di Hong Kong. Dari sebuah kamar hotel di Hong Kong itulah, Snowden mengungkap kebobrokan pengawasan ilegal oleh NSA. Wawancaranya berlangsung selama beberapa hari. Ada pula bagian film yang memotret wawancara Snowden dengan sebuah media Inggris. Di film dokumenter inilah penonton dapat mengetahui bagaimana proses dibalik layar dari segala keputusan Snowden, mulai dari bagaimana ia sangat berhati-hati mengenai identitasnya, hingga membuka diri mengenai dirinya.


17.00 WIB - Shores of Hope
Venue : Erasmus Huis
Best Cinematography Nominee German Film Critics Association Awards 2013
Best Leading Actor Nominee German Screen Actors Awards 2013
Film berlatar belakang era 80-an ini mengisahkan dua pria yang bekerja di perusahaan perkapalan di Jerman Timur dan berusaha untuk menjadi anak buah kapal agar dapat melihat dunia di balik Tembok Berlin. Perjalanan yang dipenuhi dengan drama ini sarat dengan intrik dan membuat penasaran ending dari filmnya. Tak hanya mengenai persahabatan Andi dan Cornelis, tapi juga soal kelanjutan kisah cinta Cornelis dengan seorang wanita Vietnam yang berupaya untuk menyebrang ke Jerman Barat demi kehidupan yang lebih baik.


19.30 WIB - Life’s A Breeze
Venue : Erasmus Huis
Outstanding Foreign Film Newport Beach Film Festival 2014
Film yang dikategorikan sebagai drama komedi ini didapuk sebagai film penutup Europe on Screen 2015 di Erasmus Huis. Tapi jujur saja filmnya kurang greget dibanding 100 Years-Old-Man Who Climbed A Window and Disappeared. Penutupan EOS tahun ini pun, menurut saya, jadi terasa agak hambar. Life’s A Breeze bercerita soal seorang nenek yang dipanggil Nan, yang menyimpan sejumlah besar uang di dalam kasurnya, namun kasur tersebut dibuang oleh anaknya yang merenovasi seluruh rumah Nan. Awalnya tak ada yang percaya cerita sang nenek dan menganggapnya hanya bercanda. Namun Nan yang selalu menunjukkan mimik serius saat bercerita akhirnya membuat anak-anaknya percaya.

Penelusuran keberadaan kasur itu pun dimulai. Awalnya hanya anggota keluarga itu saja yang tahu. Sampai salah satu diantara mereka keceplosan berbicara di radio. Tak ayal kemudian banyak orang yang ikut mencari kasur tersebut. Di sini dapat dilihat berbagai motif orang-orang yang membantu mencari kasur. Ada yang egois dan ingin mengambil seluruh uangnya jika menemukannya, ada pula yang ingin mengembalikan seluruh uang si nenek. Anak-anak Nan pun turut berubah sikapnya saat mengetahui simpanan yang dimiliki ibunya. Lalu apakah Nan akhirnya berhasil menemukan uang hasil simpanannya selama bertahun-tahun? Nonton saja filmnya. Masa saya ngasih spoiler endingnya :p. Yang jelas di sini saya kasian aja sama Nan yang seolah baru dapat perhatian penuh dari anaknya gara-gara ia punya uang berjumlah besar, padahal sebelumnya tak terlalu diacuhkan.