Wednesday 16 December 2015

Seoul Trip: Lost In Seoul (Day 2)



Hari kedua di Seoul dimulai dengan kembali mengunjungi kawasan Dongdaemun. Orang tua masih belum puas belanja kemarin karena kami datang ketika sudah agak mepet dengan jam tutup operasional pasar. Jadi kemarin itu jam 18.00 beberapa toko sudah tutup, so mau ngga mau kita balik lagi ke sana. Tapi kali ini perjalanan dimulai dengan mengunjungi Dongdaemun Shopping Complex. Pintu masuknya berhubungan dengan pintu keluar stasiun Dongdaemun, Exit 9 kalo ga salah.

Saat memasuki Dongdaemun Shopping Complex di lantai dasar kita akan langsung melihat toko-toko yang menjual selimut, seprai, celemek dapur, lap, tutup dispenser, gorden, dan berbagai bahan kain lainnya. Motifnya lucu-lucu, ada yang Teddy Bear, berbagai jenis buah, sayuran, dan hewan. Di sini nyokap tertarik dengan beragam selimut yang dijual, tapi setelah tau harganya langsung mundur, hahaha. Di Dongdaemun Shopping Complex ini selimutnya emang oke, halus dan sangat lembut, rasanya kalo bergemul di dalam selimut enaaak bangeet (sampe ngebayangin :p). Dengan kualitas yang oke begitu, harganya juga oke doong. Untuk jenis selimut yang tebal dan lembut harganya sampe Rp 1 jutaan, bo. Uhuk. Akhirnya di situ cuma window shopping aja, hehehe.

Di Dongdaemun Shopping Complex ini, kami berencana untuk menjelajahi setiap lantainya. Jadi setelah lantai dasar, lanjut ke lantai 1 dan seterusnya. Namun, akhirnya kita ngga ngelakuin itu juga dan malah skip langsung ke lantai paling atas, karena jumlah liftnya terbatas dan sering penuh, maka kami cuma menyambangi lantai 1-2 dan langsung naik ke lantai 6. Di lantai ini toko-tokonya menjual berbagai aksesoris, mulai dari aksesoris rambut sampe gantungan kunci. Jadi disinilah bokap memborong gantungan kunci buat oleh-oleh. Harganya 3000 Won/pcs. Harga pas, ngga bisa ditawar. Namun, karena bokap membeli banyak (lebih dari 15 pcs), sang penjual pun memberi bonus 2 gantungan kunci.

Spot ini bisa ditemui di dekat Exit 8 Dongdaemun Station.
Berhubung ga sempet ke istana kerajaan Korea, cukuplah dengan foto di situ saja, hehe.


Setelah dari Dongdaemun Shopping Complex, kami menyebrang ke Pyounghwa Market. Bokap ingin mencari beberapa kaus, sementara saya mengincar magnet dan gantungan HP untuk oleh-oleh. Di sana kaus asli made in Korea harganya 10-15 ribu Won, sementara untuk magnet dan gantungan HP masing-masing seharga 8000 Won. Di Pyounghwa ini saya juga membeli beberapa scarf titipan teman, harganya antara 8000-20.000 Won.

Usai berbelanja, saatnya ke Itaewon. Penasaran pengen lihat Masjid Seoul karena pas kemarin ke Itaewon, kami ngga sampe ke masjidnya. Di sana kami juga berencana akan sekalian makan siang. Nah, FYI untuk menuju ke Masjid Seoul di Itaewon ini jalanannya sangat menanjak jadi kami harus beristirahat beberapa kali. Lumayan juga jalannya dari Exit 3 Stasiun Itaewon. Setidaknya jarak dari stasiun Itaewon ke Masjid Seoul ini sekitar 450 meter. Jadi kalau membawa orang tua berusia di atas 60 tahun nyantai aja jalannya, hehehe.


Jalan menuju Masjid Seoul di Itaewon. Di foto ini jalanannya ga keliatan nanjak.
But, trust me, jalanan itu menanjak dan cukup bikin ngos-ngosan.

Sekira 20 menit, sampai juga di Masjid Seoul. Ngga nyangka di sana ketemu dengan beberapa orang Indonesia. Ada yang memang bekerja di sana, ada juga yang ternyata sedang mempersiapkan manasik haji. Agak bingung ketika melihat beberapa orang, yang ternyata satu keluarga, sedang mempersiapkan berangkat haji dari Korsel. Tapi, ternyata bisa loh berangkat haji dari Seoul, meski berkewarganegaraan Indonesia, untuk mengisi kuota haji yang diperoleh Korea Selatan. Nyokap iseng nanya ke mereka soal biayanya, dan ternyata biaya haji Korsel ngga beda jauh dengan haji plus di Indonesia. Yang membedakan adalah masa tunggunya. Kalau haji plus di Indonesia sekarang masa tunggunya bisa sampe 5 tahun, di Korsel langsung berangkat. Kemudian, makanan yang disajikan saat ibadah haji pun pastinya berbeda. Karena ikut rombongan haji Korsel, otomatis makanan yang disediakan di sana pun bukanlah makanan Indonesia. 

Seperti apa Masjid Seoul ini? Pertama-tama saya mau minta maaf dulu karena ngga bisa aplot foto bagian dalam masjid karena dua alasan. Pertama, kamera saku dipegang bokap. Beliau sempet ambil foto bagian dalam masjid sih, tapi ngeblur. Kedua, sebenarnya saya moto bagian dalam masjid memakai kamera HP. Ndilalah, HP saya hilang sebelum saya sempet mindahin foto-fotonya, jadi semua dokumentasi foto yang ada di HP pun wassalam. Heuheu.


Menuju Masjid Seoul, Babe-Emak melipir di pinggiran sudut toko dulu buat ngaso.

Eniwei, di Masjid Seoul ini tempat solat untuk lelaki ada di lantai dasar, sementara untuk kaum wanita solat di lantai paling atas. Kalau untuk yang lelaki sih gampang aja yah nemu tempat solatnya, tapi untuk nemuin ruang solat wanita ini yang agak tricky. Saya diberitahu sama orang Indonesia yang kami temui bahwa untuk para wanita solatnya di atas, dan pintu masuknya berada di dekat kantor pengurus masjid yang ada di sisi kanan masjid. Saat kami masuk sana, iya sih nemu kantor pengurus, tapi ngga keliatan ada tangga sama sekali. Sementara, kantor pengurus lagi kosong. Berulang kali saya menyampaikan salam, tidak ada yang menjawab. Beberapa menit kemudian, Alhamdulillah ketemu bapak-bapak Korea berpakaian rapi (entah pengurus atau pengunjung juga) yang memberitahu lokasi tangga menuju ruang solat wanita.

Oalah, ternyata tangganya nyempil di sebelah kanan loket kantor pengurus. Sumpah, ngga keliatan saking nyempilnya. Di bawah ini kita harus simpan sepatu/sandal. Ada peringatan yang ditempel di anak tangga bahwa kalau sampai membuat kotor karpet di tangga akan dikenai denda 200.000 Won. Hekz. Nah, untuk menuju ruang solat wanita ini butuh perjuangan, setidaknya buat nyokap yang kakinya sedang cedera. Kalau saya tak salah ingat, ruang solat wanita itu ada di lantai 3. Jadi lumayan juga set tangga yang harus ditempuh. Alon-alon asal kelakon, kami sampai juga di atas. Di ruang solat wanita terlihat ada beberapa muslimah yang sedang membaca Al Qur'an. Di sini juga disediakan mukena loh. Dari ruang solat wanita kita juga bisa melihat ke bawah, ke ruangan utama masjid di bawah tempat para lelaki solat.


Masjid Seoul. ALLAHU AKBAR!

Eniwei, setelah meng-qada shalat Zuhur dan Ashar di sana, kami pun langsung turun untuk mencari makan siang. Akhirnya pilihan kami jatuh pada Restoran Siti Sarah yang menyajikan makanan Melayu. Duh, seberapapun jauhnya dari Indonesia, tetep ngga bisa jauh dari makanan Melayu, hahaha. Postingan soal makanan di Restoran Siti Sarah akan diceritakan terpisah ya… Yang jelas setelah perut kenyang, perjalanan berlanjut ke N Seoul Tower (rencananya). 

Untuk menuju N Seoul Tower ini ada beberapa opsi. Bisa naik bis, cable car, atau taksi. Ngga dilewatin jalur subway karena N Seoul Tower terletak di atas bukit. Nah, karena saya penasaran pengen naek cable car ke sana, maka sebelumnya saya harus menuju ke Stasiun Myeong-dong. Dari petunjuk arah yang saya dapat dari Korea Tourism Organization, saya harus keluar di Exit 2 atau Exit 3, lalu jalan kaki sekitar 15 menit dari Pacific Hotel. Untuk memastikan petunjuk ini benar, sebelumnya saya menyambangi Tourist Information Center yang ada di Exit 3 Stasiun Itaewon. Sang petugas sebenarnya menyarankan saya agar naik bis saja, tapi saya keukeuh pengen naik cable car. Akhirnya ia pun mencetak peta jalan menuju stasiun cable car N Seoul Tower dari Stasiun Myeong-dong, dan memberikannya ke saya agar ngga nyasar, hehehe. Oke sekali servis petugasnya. 

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Keluar dari Exit 3 Stasiun Myeong-dong, saya melihat peta dan langsung dapat menemukan Pacific Hotel. Di sebelah hotel itu ada jalan yang agak lebih kecil, hanya muat dua mobil. Kami pun langsung menuju ke sana. Daaan…ternyata jalanan itu terus menanjak, bo. Saya bener-bener ngga nyangka. Kalau di peta mah ngga keliatan ya kalo ternyata itu jalanan nanjak, makanya saya seriusan kaget ketika jalan terus menanjak. Kalau saya pergi sama teman mungkin akan saya jabanin, tapi ngga mungkin kalau dengan ortu. Di seperempat perjalanan, mereka meminta saya untuk jalan duluan dan mengecek apakah jalan terus menanjak, sementara mereka menunggu di depan coffee shop. Saya berjalan sekira 300 meter dan jalan masih terus naik. Damn! 

Akhirnya saya menyerah. Ngga mungkin buat diterusin. Saya pun mengajak mereka kembali ke Myeong-dong dan melihat di halte terdekat apakah ada bis yang menuju N Seoul Tower. Di sana saya bertanya kepada seorang cewek, namun ternyata dia tidak bisa membantu. Oke, jadi saat itu saya putuskan untuk skip N Seoul Tower saja, berhubung waktu sudah hampir pukul 18.00 dan ortu sudah agak lelah. Mereka pun oke dan kami memutuskan untuk langsung balik ke hostel saja. 

Lesson learned, bagi kalian yang mau naik cable car N Seoul Tower dari arah Pacific Hotel, bersiaplah untuk berjalan menanjak. Saya tahu kalau N Seoul Tower itu ada di atas bukit, sehingga seharusnya sudah bisa menduga kalau jalanan akan menaik. Tapi, asumsi saya ketika itu adalah jalanan menuju cable car ngga akan terlalu menanjak. Kalau nanjaknya hanya 300 meter oke lah, seperti jalanan menuju Masjid Seoul di Itaewon.  Tapi, itu nggak. Akhirnya kami menyerah, hahaha.

Abis kecewa dengan jalanan menuju cable car N Seoul Tower terus beneran langsung pulang? Eits, nggak dong... Kami menyusuri dulu toko-toko yang ada di lorong jalan Exit 3 Stasiun Myeong-dong, hehehe. Toko-toko yang ada di lorong Exit 3 Stasiun Myeong-dong ini bervariasi. Ada toko baju, kaus kaki, tas, aksesoris, sampe toko yang menjual segala macam merchandise artis Korea.

Di sanalah saya kemudian membeli beberapa kaus kaki. Duh, kaus kaki di sana tuh lucu dan imut bangeeettt, rasanya pengen diborong semua, hahaha. Ada berbagai macam motif, mulai dari Minions, Hello Kitty, berbagai jenis hewan, bunga dan motif lainnya. Harganya 1000 Won/pcs. Ada juga daleman sepatu yang tipis seharga 2500 Won. Pokoknya kalau ke Seoul jangan lupalah beli kaus kakinya yang lucu-lucu *Penting* :p.

Seperti ini contoh kaus kaki di Korea. Lucu2 kaaann...
Photo Courtesy of Kaskus