Wednesday 30 April 2014

Bruno Mars Moonshine Jungle Tour 2014

Setelah lebih dari 10 tahun ngga merambah venue konser, kali ini akhirnya kesampean juga bisa nonton konser. Terakhir kali saya nonton konser itu adalah konser Blue. Coba tebak tahun berapa hayooo.... Terakhir kali Blue ngegelar konser di Jakarta (setau saya) adalah di tahun 2004. Lama ya boooo... Seiring waktu harga tiket konser juga semakin nggilani.. Dulu harga tiket 150 ribu juga masih ada. Sekarang...boro-boro. Paling murah ada yang harganya 500/650 ribu aja udah bersyukur banget.

Untuk Bruno Mars Moonshine Jungle Tour 2014 harga tiket yang paling murah adalah 800 ribu. Pastilah saya pilih yang paling murah yaaa, hehehe, sesuai dengan isi kantong. Saya ngerasa masih sayang aja ngeluarin uang sampai 1 juta lebih untuk nonton konser. Bisa nonton konser kali ini pun saya ngerasa udah seneng banget, walau dapet seat-nya di ujuuuunnnggg belakang venue, hehehe.

Kursi saya ada di urutan kelima dari belakang. Untunglah ga ada di deretan paling bontot banget, hehehe


Menjelang konser penonton di kelas festival mulai memenuhi bagian depan, tapi itu baru sebagian penonton,loh... Pas konser mau dimulai, kelas festival meluber sampe ke samping-samping pintu :)
Terus...gimana cerita konsernya? Wuih..seru abis pastinya! Suara Bruno Mars ternyata emang bener-bener bening (aer kali :p). Performance-nya juga oke banget. Dan gw mengakui kalau Bruno Mars itu adalah artis multitalenta. Ngga cuma nyanyi, dia juga maen gitar, piano dan drum. Beberapa kali dia juga berhasil ngebuat weice-weice pada tereak histeris karena lirik romantis dalam lagunya. Contohnya pas Bruno meminta para penontonnya nyanyi lirik bait lagu If I Knew, "Do you love me?", eehh si Bruno bilang, "Yes, I do". Gimana seantero penonton di Mata Elang International Stadium itu ga histeris cobaaaa... (termasuk saya :p).

Di akhir konser sayangnya bonus lagunya cuma ditambahin satu aja, yaitu Locked Out Of Heaven. Seperti biasa kan yaahh di penghujung konser artisnya akan masuk ke backstage, dan penonton akan tereak-tereak "We Want More! We Want More!". Bener aja si Bruno balik lagi ke panggung dengan langsung menggebuk drum. Woowww...kereeennn!!! 

Langsung deh itu masuk intro lagu Locked Out Of Heaven. Selesai lagu itu dikira masih akan ada lagi satu lagu tambahan, tapi sayangnya engga. Hiikksss... Akhirnya konser berakhir dalam waktu kurang dari 1,5 jam saja. Well, eniwei walau harus duduk di seat belakang, saya yang nonton bareng adek saya, Venny, cukup puas dengan konser malam itu. Pada intinya hampir seluruh lagu hits Bruno dinyanyiin kecuali It Will Rain sama Gorilla.


Lighting-nya keren tapi terlalu silau. Cuma bisa liat Bruno Mars dari layar di kanan-kiri. Sayang layarnya kurang gede :(
Mejeng dulu aaahhh :D
Di penghujung konser.
Selesai konser, pulangnya pun ngantri.

Next post, it's gonna be my story behind the concert...

Monday 14 April 2014

Shed Tears of Joy



I learn a lot today. About life and how we suppose to live when everyone underestimate us. Funny how I learn it from watching sports. It began on watching Singapore Open Series, Simon Santoso vs Lee Chong Wei in the afternoon.

Every badminton addicts probably already know how great Wei is and of course he becomes everyone's favorite, maybe. In the opposite, Simon who always lose against Wei becomes the underdog.

But when I watched the game, I could see how patient and focus Simon is. He played the game with nothing to lose, it looked like there’s no pressure on him even though it’s the final and he must against the number 1 rank in the world. In the second set, Simon was a little bit out of control when Wei managed to gain 6 points consecutively, but Simon manage to control the game again in the end. There were some rallys went on, and because of showing some patience, Simon succeeded on winning the rally. Not every rallys, but he did most of them. What he did, blew me away. He gave the element of surprise on how he put the shuttlecock in some places that even Wei hard to reach it out.

Simon Santoso after winning Singapore Open Series/photo by gettyimages
Badminton game isn’t just about smash, drop shot, or lob, but it also about the tactical decision. You don’t play and thinking like: as long as I can tackle the shuttlecock and give it back to the opponent. You have to play smart in order to gain every point. And that what I saw in Simon’s game. He was vicious, focus, patient, and smart. And I’m so happy that finally Simon won against Wei and became the champion in straight set. His reaction when he succeed to get the championship point is priceless. Relieve, happy, unbelievable.

The next match that I watched, of course it’s Liverpool FC vs Manchester City. The match was held at Anfield. This match is one of important games for Liverpool FC in order to running for the title. Even though Liverpool FC hasn’t been lose this year, won 9 games consecutively, and on the pole position, we still considered as the underdog. I’m not blaming them for it. City is one of the best contender. They won the League two years ago.

Meanwhile, Liverpool FC’s  goal at the beginning of the season is only to get back to the top 4 so that we can play in Champions League next season. And looking at Liverpool FC players probably they won’t believe the position that we are right now. Yes, Liverpool FC has top well-known players like Steven Gerrard and Luis Suarez. Daniel Sturridge was on his way too at the beginning of the season, and look at him now! He is one of our best strikers, made a great duo with Suarez, keeping Liverpool on track when Suarez couldn’t play because of the punishment he got from last season.

And if we’re talking about Liverpool FC, we don’t just talking about those players, but also ALL of the players, the staffs, and supporters. All of Liverpool FC elements have done a great job so far. The players skill are flourishing and developing really great. Hands down to Brendan Rodgers and the staffs whose maximize the potential of each player.  Looking at them now, there’s no doubt that all of the players have given their best.
LFC celebration against City at Anfield, Sunday (13/4)/photo from indonesia.liverpoolfc.com
And in today’s match against Manchester City, Liverpool FC players determination was really outstanding. Today’s match is really special, not only it’s a big match, but also we, Liverpudlians commemorate Hillsborough. Before it began, there’s a minute silence for remembering it. So, yeah, it’s an emotional match for Kopites.


When the match begin, Liverpool FC leads 2-0 in first half. But in the second half, City manage to make it tie 2-2. It was soooo intense. My heart won’t stop pounding. Adrenaline always rushes when you are watching the game, isn’t it? But, Liverpool players won’t giving up and always try to do their best. Until, blunder from City’s back, Kompany, giving us the opportunity to make a lead. Coutinho scoreeeeddd!!! Oh my Goooddd…… I’m really thankful for that! 3-2! And I shout: Keep it alive, guys!

But the drama doesn’t end there. Injury time is 5 minutes! (OMG!) and Henderson was red-carded when we still have to play in 2,5 more minutes. Anything can happen in that time. Continuously, I told them to hang on. Maybe some of supporters also said that to them, to hang in there in couple of minutes. The atmosphere in Anfield is remarkable. Reminds me of the night of the Champions League semifinale Liverpool FC against Chelsea in 2004/2005 season. When we led 1-0 and the injury time was 6 minutes! It was sooo tense!!

photo: indonesia.liverpoolfc.com
And when it finally ended, I was sooo happy. Gerrard even shed the tears (of joy) in the end. He look like couldn’t believe that we won the match. Then, all of the players on the field gathered around and as the captain, Stevie fired up his teammates. After the game, Stevie said that the match felt like the longest game he ever went through. But hey, we still have 4 final matches coming up. And to keep our dream alive, we have to go through it and win it. All of the matches that Liverpool FC has been through this season is because all of the hard work they put on it since day one.

When everyone thinks you’re the underdog, just shifted it to a motivation, to do better and giving it all out. Maybe you don’t reach your goal everytime, but at least you already do the best and give it all you can do. Just be patient, keeping up the hard work, and keep doing the best, because I'm sure someday you will get the reward. 

And when you have succeed, it would be the best feeling you ever have and it’s okay to shed your tears. Tears of joy. I shed tears of joy along with the players today. :) #KeepItAlive #MakeUsDream

Tuesday 8 April 2014

House of Sampoerna

Bagian depan House of Sampoerna
Kali ini mo sharing soal trip tahun lalu saat saya ikutan trip ke Bromo dan Surabaya. Emang sih udah late post bangeeett, tapi ga ada salahnya kaaan kalo mo sharing aja, hehehe. Eniwei, tujuan utama trip kali itu sebenernya mah ke Bromo, tapi waktu itu travel organizernya mengatur jadwal agar kita mampir dulu ke House of Sampoerna sebelum pergi ke Bromo. Jadi...inilah hasil jalan-jalan saya ke museum House of Sampoerna.

House of Sampoerna: Falsafah Tiga Tangan Seeng Tee
Tiga jari telunjuk yang menyatu dalam satu lingkaran menunjuk ke tiga arah. Simbol ini mudah ditemui di dalam House of Sampoerna karena menghiasi setiap dinding di dalam museum. Falsafah Tiga Tangan. Begitulah Sampoerna menyebut jaringan tiga jari yang menyiratkan jaringan produsen, konsumen dan distributor. Tiga elemen terpenting dalam roda perdagangan. Simbol itu juga menandakan pentingnya kerja sama tiga pihak tersebut dalam mendukung roda perekonomian dan mencapai win-win solution yang menghasilkan keuntungan bersama. Pendiri Sampoerna, Liem Seeng Tee pun memegang teguh falsafah tersebut dalam menjalankan perusahaannya.

Tiada hasil tanpa kerja keras. Peribahasa Cina ini tampaknya dipegang teguh oleh Seeng Tee ketika menapaki awal usahanya sejak zaman Belanda. Bermigrasi ke Indonesia di tahun 1898 dari sebuah desa di provinsi Fujian, Cina, Seeng Tee bersama ayah dan saudara perempuannya mencoba peruntungan di tanah air. Sayang beberapa waktu kemudian ayah Seeng Tee meninggal dunia. Hal itu membuat Seeng Tee muda bekerja demi menghidupi dirinya secara mandiri. Berbagai macam pekerjaan dijabaninya, mulai dari berdagang makanan di kereta api selama 18 bulan, hingga mampu membeli sebuah sepeda second yang dipakainya untuk berjualan arang dengan berkeliling wilayah Surabaya.

Usahanya kemudian mulai berbalik arah ketika sebuah kesempatan datang saat sebuah perusahaan tembakau dijual karena bangkrut. Dengan tabungan yang telah disisihkan dari hasil kerjanya, ia dan istrinya memutuskan membeli perusahaan tersebut. Keahlian Sampoerna dalam meracik tembakau menjadi pilar dalam roda perusahaan yang perlahan semakin berkembang. Kumpulan 100 Classic Marketing Stories yang dihimpun Markeeters pun memasukkan kisah produk Sampoerna itu ke dalamnya, dimana usaha itu tetap bertahan di tengah pergantian era politik Indonesia dan naik turunnya perekonomian tanah air. Marketeers bahkan menyebutkan produk tersebut sempat menjadi mata uang di kalangan pedagang di era 1930-1940an karena dianggap nilainya lebih stabil dibanding mata uang yang berlaku saat itu.

House of Sampoerna
Usaha Sampoerna yang terus berkembang kemudian menimbulkan kebutuhan akan ruangan yang lebih besar yang bisa dipakai sebagai ruang produksi. Perhatian Sampoerna kemudian beralih ke sebuah bangunan besar yang terdiri dari tiga bangunan, terletak di utara Surabaya. Komplek gedung yang terdiri dari tiga bangunan itu kemudian dibeli Sampoerna pada 1932, dimana satu gedung utama yang terletak di tengah dijadikan pusat produksi, sedangkan dua bangunan lainnya yang terletak di kanan kiri bangunan utama menjadi tempat tinggal Sampoerna dan keluarganya.

Ruangan ini yang akan kita temui saat pertama kali masuk ke museum.
Kedekatan tempat tinggal keluarganya dengan pusat produksi memang sengaja dilakukan oleh Sampoerna, agar anak-anaknya dapat mengetahui bisnis yang dijalankan keluarga dan bisa langsung mempelajarinya di lapangan. Di sisi lain, kedekatan dengan pusat produksi usahanya juga memungkinkan dirinya untuk mengawasi segala aspek operasional bisnisnya yang berjalan seminggu penuh selama 12-15 jam sehari, tergantung pada permintaan dari para agen.

Tradisi tersebut pun masih dipegang sampai sekarang, meski Sampoerna kini fokus pada lini bisnis lainnya. Sebagian besar bangunan utama memang telah berubah menjadi museum, tetapi pengunjung masih bisa melihat proses produksi di bagian belakang bangunan, dimana ratusan pekerja menghasilkan 325 batang per jam. Sementara sayap kiri bangunan (sebelah timur) dialih fungsi menjadi café dan galeri seni, sayap kanan bangunan (sebelah barat) masih menjadi tempat tinggal keluarga Sampoerna. Kedua bangunan yang mengapit gedung utama ini memiliki denah bangunan yang terbalik sama satu sama lain, seperti cermin.

House of Sampoerna yang berlokasi hanya beberapa blok dari China Town dan dekat dengan pusat kota Surabaya merupakan komplek bangunan dengan arsitektur Belanda yang dibangun pada 1862. Saat Sampoerna membelinya pada 1932 bangunan tersebut adalah komplek panti asuhan yang dikelola oleh kolonial. Bangunan itu kini menjadi salah satu cagar budaya di Surabaya.

Fungsi bangunan utama House of Sampoerna dari waktu ke waktu pun tak selamanya menjadi pusat produksi, tetapi pernah pula beralih fungsi menjadi bioskop dan gedung teater yang bermula dari ide istri Seeng Tee. Pada zaman 1930 hingga 1960 bangunan tersebut menjadi salah satu bioskop terbesar di kota Surabaya dengan dilengkapi oleh proyektor modern. Auditorium yang luas di bagian belakang gedung utama menjadi tempat pertunjukan. Namanya pun berganti menjadi Sampoerna Theater.

Dua gambar Charlie Chaplin dan Marilyn Monroe jadi salah satu spot favorit buat poto-poto :D
Beragam genre film sempat diputar di tempat itu, mulai dari film produksi dalam negeri hingga film Barat yang populer di masa itu. Film-film Barat yang diputar di masa itu diantaranya adalah film-film yang dibintangi Charlie Chaplin dan Marilyn Monroe, sedangkan pertunjukan teater diantaranya adalah Roro Mendoet I, Lelutjon, ketoprak Darmo Tjarito, Pandji Soemirang, dan Lenggang Djakarta. Bahkan ketika Charlie Chaplin mendatangi Indonesia, ia sempat berkunjung ke Surabaya dan menyambangi Sampoerna Theater di tahun 1930-an. Jejak rekam House of Sampoerna yang pernah menjadi bioskop ditunjukkan dengan menempatkan gambar Marilyn Monroe dan Charlie Chaplin di kedua sisi pintu masuk gedung utama.

Sampoerna Theater di masa itu ternyata juga tak hanya digunakan untuk menggelar berbagai pertunjukan, tetapi juga menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Teater tersebut pernah digunakan oleh orator Indonesia, Soekarno untuk berpidato tentang pergerakan dan perjuangan rakyat Indonesia terhadap penjajahan di tahun 1932, usai Soekarno dibebaskan dari penjara Sukamiskin, Bandung pada 1931.

Pada tahun 1961 fungsi gedung Sampoerna Theater dikembalikan ke tujuan awalnya yaitu sebagai pusat produksi bisnis Sampoerna. Hingga pada 2003 bangunan seluas 1,5 hektar ini direstorasi dan dibuka untuk publik. Gedung utama berlantai dua diubah menjadi museum. Di lantai pertama pengunjung dapat melihat berbagai memorabilia milik Sampoerna, mulai dari sepeda ontel yang digunakan oleh Seeng Tee, meja kerja, hingga berbagai alat produksi. Di lantai kedua terdapat toko cinderamata yang tidak hanya menjual pernak-pernik Sampoerna, tetapi juga batik dan cindermata khas Indonesia lainnya.

Rumah bagian barat yang masih dihuni keluarga Sampoerna tertutup untuk umum. Di sebelah bangunan itu terpampang sebuah mobil Rolls Royce merah marun berplat nomor SL 234 milik Putra Sampoerna yang pernah digunakannya saat bermukim di Singapura pada 1974 hingga 1994.Sementara, rumah di sebelah timur digunakan untuk café, galeri seni, dan toko cinderamata. Café House of Sampoerna menyajikan pula hidangan khas Indonesia seperti sop buntut, gado-gado hingga wedang jahe.

Surabaya Heritage Track
Berminat keliling Surabaya sambil mengetahui seluk beluk bangunan bersejarah? Kini Surabaya memiliki Surabaya Heritage Track, yaitu berupa tur wisata ke beberapa situs bersejarah di Kota Pahlawan. Surabaya Heritage Track memiliki rute tur di sekitar Surabaya Utara. Pengunjung bisa berkeliling menggunakan bis untuk melihat peninggalan warisan yang masih terjaga dan menjadi cagar budaya kota Surabaya, sehingga bisa mengetahui sejumput sejarah tentang kota yang diberi julukan Kota Pahlawan ini.

Surabaya Heritage Track memiliki jadwal tur mulai Selasa sampai Minggu. Di hari Selasa sampai Kamis ada dua rute yang dilalui, yaitu Tugu Pahlawan – PTPN XI dan Hok Ang Kiong Temple – Kampung Cina dan Arab yang dimulai pada pukul 09.00-16.00 WIB. Sementara di hari Jumat sampai Minggu tur dimulai pukul 09.00-16.30 WIB dengan rute Balai Pemuda – Balai Kota – Cak Durasim (Taman Budaya).
Ini bis yang dipake buat tur wisata sejarah Surabaya.
Bis berwarna merah terang dengan desain grafis situs-situs bersejarah di Surabaya di badan bis ini memulai perjalanannya dari House of Sampoerna. Badan bis yang berbentuk seperti trem ini seolah mengajak pengunjung bernostalgia ke masa-masa Surabaya tempo dulu, dimana ketika itu trem menjadi salah satu moda transportasi masyarakat Surabaya.

Note: Tulisan ini juga dimuat di majalah Sharing dan bisa diakses di websitenya: http://mysharing.co/house-sampoerna-falsafah-tiga-tangan-seeng-tee/

Thursday 3 April 2014

Pembuatan Paspor Via Online (Part II)


Postingan kali ini ngelanjutin postingan sebelumnya yang soal pendaftaran paspor via online. Sekarang saya akan share soal pengalaman saat di kantor Imigrasi (Kanim) Jakarta Timur, tempat yang saya pilih untuk perpanjangan paspor. Pada intinya kamu bisa memilih untuk ke kantor Imigrasi mana saja, ga harus sesuai dengan tempat domisili. Seperti saya yang membuat paspor pertama kali di Kanim Jakarta Selatan, padahal rumah saya di Jakarta Timur. Waktu itu ke Kanim Jaksel karena kantor merekomendasikan ke sana. Naaahh untuk kesempatan kali ini saya lebih memilih Kanim Jaktim karena lagi ngga kepengen repot aja harus bangun pagi-pagi banget, hehehe


Kanim Jakarta Timur terletak pas di sebelah penjara Cipinang, jadi gampang banget nyarinya. Dilewatin juga sama bus Trans Jakarta Kampung Melayu-Pulo Gebang, turun pas di halte Imigrasi Jakarta Timur. Buat yang naek Commuter Line bisa turun di Stasiun Jatinegara, terus lanjut naek mikrolet/metromini yang ke arah Pondok Kopi/Pondok Kelapa. Berhubung rumah saya ga dilaluin sama bus TJ atau kereta, saya naek mikrolet ke sana. Udah mulai start dari rumah jam 7-an, nyampe kantor Imigrasi sekitar jam 7.45.


Saat sudah sampai saya ngelihat pintu depan kantor Imigrasi yang sepi, saya mulai sedikit kegirangan tapi juga heran, apa iya beneran sepi? Biasanya kan Kanim itu pasti udah dipadetin sama orang ngantri dari jam 7, sebelum kantor buka. Ya saat itu Kanim juga emang belum buka, karena belum jam 8. Setelah mendekati pintu kaca Imigrasi baru keliatan ada tulisan yang bunyinya kira-kira begini: Bagi yang ingin membuat paspor dipersilakan ke gedung bagian belakang. Naaah mulai deh tuh ngerasa ga enak. Langsung saya nanya sama petugas parkir di sana, kalo mau buat paspor ke mana ya? (dengan tampang polos dan imut :p). Si abang ngejawab: itu lurus aja ke belakang, mentok belok kanan. Capcus lah saya ke arah yang ditunjuk si abang parkir.


Pas berbelok, onde mande keliatan deh itu orang-orang pada ngantri kayak ular naga panjangnya di balik jeruji pintu gerbang warna hitam. Udah mulai menelan ludah dan bertanya-tanya, apakah antrian ini yang harus saya lalui? Berdoa bangeeet dalam hati, semoga bukan itu antriannya saya, yang ga tau deh itu awal antrian ada dimana. Saya pun langsung bertanya ke petugas yang stand by disana.


Saya: Pak, kalau udah daftar via onlen, saya ke mana ya?

Bapak petugas: Langsung aja neng ke lantai dua, loket 6 ya. Itu di sebelah kiri ada tangga, langsung naek aja ke atas.

Saya: Alhamdulillah (dalam hati). Makasih ya pak… (senyum, langsung ngacir ngelewatin orang-orang yang pada antri di bawah, yang keliatan keheranan ngeliat saya bisa langsung naek ke atas. Punteeenn ibu-ibu, bapak-bapak sekalianJ).


Naek ke atas, ternyata saya menemui antrian lagi. OMG antrian aja ada banyak banget ya? Rada bingung ketika ngeliat di ujung awal antrian itu ada dua antrian. Yang satu antriannya lumayan banyak sampai ke luar ruangan, sementara yang satu antriannya masih di dalam ruangan. Ga keliatan antrian mana yang loket 6. Mungkin ini nasip jadi orang dengan tinggi hanya 150 cm, hehehe. Langsung saya nanya sama petugas di sana (untungnya selalu ada petugas di mana-mana jadi bisa nanya-nanya) dimana antrian online. Ternyata antriannya yang ada di dalam ruangan. Alhamdulillah…langsung saya ngacir lagi ke dalem. Usut punya usut ternyata antrian yang sampai ke luar ruangan tadi adalah antrian buat foto dan wawancara bagi pendaftar manual. Itu satu keuntungan yang saya temui ketika daftar onlen: antrian. Ngga perlu ngikut antrian yang paaaanjjaaanngg dan laaammmaa (jadi keinget iklan Choki-Choki :p).
   

Oke, short story, antrian daftar onlen itu adalah antrian untuk mendapat nomor urut (catet: bukan nomor buntut :p). Di loket 6 itu kita kudu nyiapin foto kopi berkas-berkas persyaratan yang diminta (KTP, KK, Akta Lahir, Surat Keterangan Kantor, paspor lama), bukti pembayaran BNI, dan tanda terima pra permohonan, karena nanti akan dicek sama petugasnya. Jangan lupa juga bawa dokumen aslinya yaaa… Terus pas di loket 6 itu kita juga akan dapat selembar surat pernyataan yang inti isinya adalah soal kita udah pernah punya paspor sebelumnya apa belom. Setelah semua foto kopi dokumen dicek, petugas akan ngasih nomor antrian. Walopun saya ngerasa udah dateng pagi, ternyata saya dapet nomor antrian 33, gubraaakk… Lumayan ya bow. Selanjutnya kita akan diminta untuk menunggu panggilan di loket 5, ada di lantai yang sama dengan loket 6.

Tumpukan berkas dan paspor lama saya. Cukup difoto aja buat kenang-kenangan :)
Sembari nunggu dipanggil, isi aja dulu lembaran pernyataan yang dikasih petugas tadi. Ternyata pas saya cek lembar pernyataan itu harus pake materai. Berhubung saya lupa bawa materai, akhirnya saya nanya lagi ke petugas yang baik hati (hehehe lebay), ke arah mana kalo mo beli materai. Langsung deh tu diunjukin ke lantai bawah, ke tempat pengambilan formulir yang ada di sebelah ruang foto kopi. Saya rada bingung, kok beli materai di bagian tempat ngambil formulir yah? Biasanya kan di tempat fotokopi… Nah mumpung nomor antrian di loket 5 masih di angka 004 (yang artinya panggilan nomor saya masih akan lama), tanpa banyak cingcong,saya langsung ke bawah. Pas turun ke lantai bawah, ga keliatan ada loket pengambilan formulir. Langsung nanya lagi ke petugas di sana (iya saya emang banyak nanya! Daripada sok tau, mending nanya. Kan malu bertanya, sesat di Imigrasi, eh di jalan :p). Sama petugasnya langsung diarahin ke arah kanan lorong dari tempat turun tangga tadi. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga loketnya. Ternyata lokasinya emang agak nyempil (untungnya ga kayak upil :D).

Pas sampe sana saya baru ngerti kenapa beli materainya di tempat pengambilan formulir. Ternyata oh ternyata, banyak banget orang ngantri fotokopi, mungkin ada sekitar 10 orang. Ga lucu kan cuma pengen beli materai tapi kudu ngantri segitu panjangnya. Saya pun langsung ke arah loket bertanda: Pengambilan Formulir. Untungnya loket yang ini antriannya cuma satu orang, mbak-mbak yang juga daftar onlen kayak saya tapi lupa bawa materai. Pas nyampe di depan loket, petugasnya sepertinya udah tau apa yang kita mau, hehehe. Ngeliat saya yang bawa lembar pernyataan, si petugas langsung ngomong: Mo beli materai ya? Langsung saya iya-in. Kasih lembar pernyataannya ke petugas, nanti dia yang akan nempelin materainya. Kita tinggal ngasih uang Rp 7000 perak aja.


Setelah urusan dengan materai selesai, langsung balik lagi ke atas. Ternyata nomor antrian di loket 5 belum nyampe ke nomor 10. Itu berarti penantian saya masih laaammmaa… Bener aja, saya baru dipanggil menjelang jam 10 -_-. Untungnya tempat tunggu di Kanim lumayan enakeun, ber-AC. Ga kebayang kalo harus nunggu sambil ngipas-ngipas di musim panas kayak gini. Setelah akhirnya nomor saya tiba, di loket 5 ini semua fotokopi dokumen dan paspor lama yang asli akan dicek lagi dan diambil sama petugasnya. Buat yang pengen nyimpen paspor lama harus buat surat pernyataan gitu, kalo ga salah. Berhubung di paspor saya cuma ada cap visa Singapore sama Johor Bahru aja, bagi saya itu paspor ga terlalu istimewa, jadi ga apa deh itu paspor diambil, hehehe.


Oke, lanjut. Setelah petugas di loket 5 ngecek kelengkapan dokumen-dokumen, nomor antrian tadi akan dikasih lagi ke kita, kali ini ada tambahan cap di atasnya: Ruang 10 Foto dan Wawancara. Si mbak petugasnya bilang: Nanti tunggu untuk foto dan wawancara jam 1 siang ya. Saya iya-in aja. Walo agak bingung dan takut salah denger, kok dibilang jam 1 siang ya? Saya pun langsung nyari ruang 10. Agak bingung kok tulisannya Ruang 10, padahal di Kanim bilik layanannya dinamain Loket. Sempet bertanya-tanya dalam hati, apa ini maksudnya Loket Foto dan Wawancara ruang 10? Jadi ada banyak gitu ruangan yang untuk wawancara? Kebetulan pas di sebelah loket 5, ada loket 8. Keterangannya: Loket 8 Foto dan Wawancara. Dengan sotoy-nya, saya masuk ke ruangan itu. Ada bapak-bapak di ujung pintu sebrang.

Saya: Pak, kalo mo foto dan wawancara di sini ya?

Si bapak-bapak: Oh bukan. Itu di loket 10, tuh yang ada di luar ruangan ini, belok kiri, di ujung.

Dapet nomor antrian cantik 3-033 :)
Saya pun langsung ke arah Loket 10. Ternyata Loket 10 itu adalah sebuah ruangan, sodara-sodara. Pengertian saya mah, loket itu kan kayak bilik kecil layanan gitu yah, ternyata yang dimaksud Loket 10 ini mah ruangan. Mungkin maksud si Kanim pengen ada keseragaman penyebutan kali yah, jadi Ruang 10 = Loket 10. Oceh langsung saya menuju ke Loket 10. Di dalam ruangan itu ada deretan bangku tempat tunggu dan satu ruangan lagi untuk foto dan wawancara. Setelah menunggu selama 1 jam di ruang tunggu, saya mulai was-was apa bener disini tempat untuk foto dan wawancara? Karena dari tadi yang dipanggil yang antrian nomor depannya 5, sementara yang daftar onlen urutan angka depannya adalah 3. Jadi bertanya-tanya lagi, apa mungkin antrian foto dan wawancara untuk onlen beda ruangannya?

Saya mulai nanya ke petugas lagi. Ternyata emang disitu satu-satunya ruangan untuk foto dan wawancara, pun untuk yang onlen. Saya emang ga salah denger ternyata, waktu mbak petugas di loket 5 bilang kalo untuk foto dan wawancara yang daftar onlen nanti jam 1 siang. Jadi untuk antrian Foto dan Wawancara yang sebelum jam 1 siang itu adalah untuk mereka yang antri manual, yang dateng lagi ke Kanim untuk foto dan wawancara. Soooo…jadilah itu saya jamuran di Kanim nunggu 3 jam, dari jam 10 sampe jam 1 siang. Buat yang rumahnya deket sama Kanim atau bawa kendaraan pribadi, enak aja bisa pulang ke rumah dulu atau pergi kemanaaa gitu. Berhubung saya naek angkot dan tung itung akan ngabisin uang Rp 8000 buat bolak-balik rumah-Kanim, saya lebih memilih buat tetep nunggu di sana.

Setelah waktu menunggu yang terasa seperti seabad (hehehe), abis solat di mesjid Imigrasi, saya balik ke Loket 10 jam 1 kurang. Jam 1 teng, nomor urutan yang daftar onlen langsung dipanggil dengan cepat. Dalam waktu 30 menit, nomor saya udah dipanggil masuk. Di dalam, nunggu lagi buat foto. Nah jika selama ini kita hanya berupa nomor antrian, di dalam ruangan Foto dan Wawancara itu, NAMA kita yang akan dipanggil. Jadi denger baik-baik yaaa…
Captured dari ruang tunggu Loket 10. Di balik ruangan kaca di depan adalah tempat foto dan wawancara.

Pertama kita akan dipanggil untuk foto. Di sana, petugas akan konfirmasi nama lengkap, tempat tanggal lahir dan alamat rumah. Setelah foto, petugas akan meminta sidik jari. Selesai foto, nunggu lagi di ruangan yang sama untuk wawancara. Ga usah gugup pas diwawancara, nyante aja. Yang ditanya paling juga cuma mo kemana sama kerja dimana? Jawabnya yang singkat-singkat ajah. Seperti saiah ini…
 
Petugas: Kerja di PT Tribuwana Cahya Ananta ya?

Saya: Iya.

Petugas: Jadi reporter?

Saya: Iya.

Petugas: Reporter apa?

Saya: Majalah.

Petugas: Bikin paspor mo kemana?

Saya: Kepo amat sih (dalem hati). Ke Thailand.

Petugas: Ngapain?

Saya: Liburan.

Petugas: Jauh amat.

Saya: (senyum mesem)


Di tempat wawancara ini, si petugas juga akan meminta dokumen asli (KTP, KK, Akta Lahir, Surat Keterangan Kantor) untuk dicek lagi. Setelah itu, kita diminta untuk tandatangani paspor yang akan diambil nanti 3 hari kemudian, dan mendapat satu lembaran untuk pengambilan paspor. Naaahh selesai deeehhh. Jam 14.15 saya udah keluar dari ruang Foto dan Wawancara. Walau membutuhkan waktu lebih dari setengah hari, yang jelas lewat daftar onlen kita ga perlu dateng sampe dua kali untuk daftar (hari pertama) dan foto-wawancara (hari kedua). Semua urusan pendaftaran, foto dan wawancara selesai di hari itu juga. Jadi cukup ijin dari kantor satu hari aja kaan…


Tips:

- Persiapkan fotokopi dokumen yang diperlukan dan materai sejak dari rumah. Jadi ga usah repot buat fotokopi di Imigrasi, karena fotokopi di Kanim aja ngantri bow… Oia, jangan lupa fotokopi KTP di kertas A4, kertasnya jangan dipotong. Jadi biarin aja fotokopi KTP kamu ada di tengah-tengah kertas A4.

- Bawa buku atau gadget buat ngabisin waktu saat menunggu.

- Sinyal HP di Kanim diacak, jadi daripada bengong, minta password Wifi gratis di Customer Care Kanim (hal ini yang saya telat taunya. Baru tau kalo ada Wifi gratis di Kanim setelah balik lagi ke ruang tunggu Foto dan Wawancara jam 1 siang dan liat ada pengumuman: Untuk meminta password Wifi silakan ke Costumer Care -_-)
- Pakai baju rapih untuk foto, kalau bisa yang berkerah. Kalau ga siap, Kanim menyediakan blazer untuk dipinjamkan pas foto.