Friday 23 November 2012

Benitez Appointed as Chelsea's Interim Manager. Are you kidding me?

Oke. Satu poin yang perlu disampaikan sebelum membahas topik ini adalah gw tetep masih seorang Liverpudlian. Terus kenapa ngebahas Chelsea? Itu karena sosok Rafael Benitez yang baru aja diangkat sebagai pelatih sementara Chelsea, setelah Roberto Di Matteo didepak dari kursi pelatih. Benitez ini adalah pelatih Liverpool era 2004-2010. Cukup lama. Di Liverpool pun dia membuat sejarahnya sendiri. Cerita lengkapnya menyusul.

Ketika menangani Liverpool di awal musimnya, jujur gw sama sekali nggak kenal dengan Benitez. Kalau ngeliat di Wikipedia, Benitez ini sebelumnya pelatih Valencia (klub liga Spanyol), yang berhasil memenangkan La Liga dua kali di musim 2001-2002 dan 2003-2004 di tengah dominasi Real Madrid dan Barca, juga menang Piala UEFA. Melihat dari situ, bolehlah track recordnya. Ketika direkrut Liverpool di musim 2004-2005, Benitez ini menggantikan pelatih Liverpool sebelumnya, Gerard Houllier.


Saat Benitez masuk Liverpool gw ga terlalu yakin-yakin amat sama kemampuannya. Apalagi waktu itu dia nggak berhasil meyakinkan Michael Owen untuk tetap di Liverpool, yang kemudian akhirnya membuat Owen hengkang ke Madrid. Sedih juga, tapi ya sudahlah. Sebagai penggantinya, Benitez membawa dua pemain baru asal Spanyol, Luis Garcia dan Xabi Alonso di awal musim. Gw juga udah cerita soal dua pemain ini di posting sebelumnya.

Oke, lanjut...Di musim pertama Benitez di Liverpool, performa Liverpool cukup meyakinkan di beberapa pertandingan. Walau masih labil di kompetisi Premier League, di Champions League Liverpool tampil prima kendati di awal start ngga terlalu bagus. But in the end, nggak ada yang menyangka kalau di Champions League 2004-2005 Liverpool bisa sampai final dan akhirnya menjadi juara. Tapi yang gw pengen bahas disini sebenernya adalah perseteruan Liverpool dengan Chelsea ketika Benitez menjadi manager Liverpool. Sementara waktu itu Chelsea dilatih oleh Jose Mourinho. Momen khususnya adalah semifinal Champions League 2004/2005.

Seperti halnya kompetisi sepakbola klub-klub bersaing sengit untuk mendapatkan title setiap musimnya. Di musim 2004/2005 persaingan antara Liverpool dan Chelsea semakin memanas, karena di musim itu pertemuan kedua tim lebih banyak. Selain di kompetisi Premier League, kedua tim bertemu di Piala Liga dan Champions League. Di Piala Liga Liverpool kalah dari Chelsea di final, tapi yang bikin perseteruan kedua tim semakin panas adalah saat semifinal Champions League. Liverpool menjadi tim underdog karena selalu kalah dari Chelsea Apalagi di tahun itu Chelsea berhasil menjadi kampiun Premier League.

Gw masih inget banget semifinal Champions League tahun itu. Leg pertama semifinal dihelat di Stamford Bridge, kandang Chelsea. Skor berakhir 0-0. Seperti biasa, pertandingan lanjut di leg kedua, dimana Liverpool jadi tim tuan rumah. Match di Anfield itu ibarat pertarungan hidup mati bagi kedua tim karena siapapun yang menang akan melaju ke final.

Short story, di menit-menit awal Liverpool melakukan penetrasi ke kotak penalti Chelsea. Striker Liverpool, Milan Baros, dapat kesempatan emas di depan gawang. Saat ia menendang, ia dapat hadangan dari sejumlah bek dan kiper Chelsea. Baros terjatuh. Tapi bola masih bergulir ke arah gawang. Luis Garcia yang kurang terkawal melihat kesempatan itu dan langsung menendangnya ke arah gawang. Bola terlihat berada di ambang gawang dan melewati garis gawang, sebelum William Gallas menghalau dengan kakinya. It's a GOAL!!!
Banyak orang mengatakan kalau gol Luis Garcia itu kontroversial, karena dinilai belum melewati garis dan Gallas sudah menghalaunya terlebih dulu. Tapi sebenernya kalau dilihat dari tayangan ulang bisa dilihat bahwa bola telah lewat dari garis gawang, karena itu hakim garis dan wasit mengesahkannya menjadi gol. Saat itu Stadion Anfield bergemuruh. Gegap gempita. Berita selanjutnya yang gw baca, gemuruh fans Liverpool di semifinal itu mencatat desibel suara yang sangat tinggi. That goal was just like a dream. Gw ngga nyangka Liverpool akan unggul lebih dulu di menit-menit awal (kalo ga salah di menit ke-4).

Walau unggul lebih awal, selanjutnya permainan Liverpool tertekan oleh Chelsea. Tentu saja tim tamu berusaha mati-matian untuk mencetak gol. Serangan demi serangan terus mengalir. Liverpool hanya sesekali melakukan counter attack, karena semua pemain Liverpool saling bahu membahu membantu pertahanan. Di babak kedua permainan semakin menegangkan. Di penghujung waktu 90 menit akan berakhir, bek Liverpool, Jamie Carragher, sempat terkapar sebentar di lapangan setelah berusaha menghalau bola dari sisi pertahanan Liverpool. Gw sempet khawatir, karena Carragher bermain sangat apik malam itu. Alhamdulillah, akhirnya dia bisa melanjutkan pertandingan.

Menjelang akhir pertandingan saatnya wasit mengumumkan masa injury time. Dan ternyata oh ternyata, wasit memberikan waktu injury time sampai 6 MENIT! My first reaction at that time was: "What the HELL??? Are you kidding me??? 6 Menit itu dari mana???". Di babak kedua itu ngga banyak waktu yang dihentikan, Carragher pun paling cuma 2 menitan diurus sama tim medis. Kok bisaaaa injury time sampe 6 menit?? I was FURIOUS, but there wasn't anything I can do. At that time, I was just hoping Liverpool could maintain their performance. Karena kalau Chelsea berhasil membuat gol, otomatis Chelsea yang akan lolos ke final walau pertandingan berakhir seri. Ini karena sistem yang mengatur bahwa tim tamu akan diuntungkan jika berhasil membuat gol saat tandang. Jadiiii...gimana gw ga ketar-ketir sepanjang pertandingan. Karena kalo Chelsea bikin gol, itu berarti Liverpool harus bikin skor jadi 2-1!

It was soooo tense. Gw yakin Liverpudlian di Anfield juga merasakan hal yang sama. Setiap pemain Chelsea mendekati pertahanan Liverpool, gw selalu menutup mata. Selimut abis gw gigitin saking tegangnya. Pertahanan Liverpool benar-benar diuji di 6 menit terakhir itu. Chelsea punya kesempatan emas di menit-menit injury time terakhir. Striker Chelsea, Gudjohnsen mengirimkan umpan bagus ke depan gawang Liverpool. Melihat umpan itu jantung gw seakan berhenti berdetak. Itu umpan bebas yang bisa langsung disambar untuk menjadi gol. Untungnyaaaa Drogba dan pemain Chelsea lainnya telat mengantisipasi umpan itu. ALHAMDULILLAH...!!!! So anyway, that was the last good chance that Chelsea had on that night. Saat akhirnya injury time sudah akan memasuki menit ke-6, para Liverpudlian tak henti-hentinya membuat siulan, seperti ingin memperingatkan wasit kalau pertandingan sudah saatnya berakhir. Hingga akhirnya..wasit meniup peluit panjang menandakan pertandingan akhirnya selesaiiiii. Oh my God, I was soooo excited. I couldn't stop smiling. Seeing Liverpool players at that time, I was so proud. Setelah sekian lama ngga memenangkan kompetisi, Liverpool akhirnya punya kesempatan untuk memenangkan sebuah title di tahun itu. Champions League Final, here we come!

Anyway, pertandingan semifinal Champions League itu membuat perseteruan Liverpool dan Chelsea makin panas. Mourinho ngga terima. Benitez terus membela timnya. Fans Chelsea pun pastinya semakin marah kepada Liverpool. Karena dua tahun selanjutnya lagi-lagi Liverpool mengalahkan Chelsea di semifinal Champions League. Ho-ho-ho. Bisa dibilang kalau head-to-head Benitez lebih unggul dari Mourinho ketika kedua tim berhadapan.

Sebenernya saat Benitez akhirnya memutuskan untuk nggak melatih Liverpool lagi di tahun 2010 para fans Liverpudlian sempet ada yang kecewa. Gw juga termasuk salah satunya. Kontrak Benitez ngga diteruskan lagi karena ada ketidaksepahaman dengan pemegang saham, ceunah. Memang saat itu juga makin lama performa Liverpool terus menurun sejak memenangkan Champions League, tapi menurut gw masih bisa ditolerir. Setelah menduduki peringkat 5 di klasemen musim 2004-2005, Benitez membawa Fernando Torres ke Anfield. Karir Torres di awal musimnya itu cemerlang. Liverpool juga sempat menduduki peringkat 2, tetapi setelah itu terus menurun. Tetapi jika dibanding pelatih legendaris Liverpool lainnya di era 1970-1980an seperti Bill Shankly dan Bob Paisley, Benitez bisa dibilang hampir menyamai prestasi mereka. Sudah lama Liverpool ga mencecap rasa sebagai juara Champions League. Terakhir kali tahun 1984. Jadi ketika Benitez berhasil membawa Liverpool menjadi juara Champions League itu sesuatu banget buat para Liverpudlian.

Nah..saat membaca berita kemarin pagi kalau Benitez menjadi manager interim Chelsea, I was shock. Ya..memang cuma sementara aja sampe akhir musim ini katanya. Tapi..teteup ga nyangka aja kalau Benitez akan ngelatih Chelsea setelah melihat track recordnya di Liverpool. Kejadian itu memang udah lama, tapi tentu ga akan terlupakan oleh kedua klub dan fans. Mourinho dan Benitez ketika itu juga sempat bersitegang.

Ada beberapa Liverpudlian yang pengen Benitez balik ke Liverpool sebenernya, tapi kalo gw ngga terlalu berharap. Sekarang siapapun manager yang menangani Liverpool, gw dukung. Di tangan Brendan Rodgers sekarang ya bolehlah, walau belum sesuai harapan. Tetapi pastinya saat pertandingan Liverpool lawan Chelsea berikutnya akan menjadi sesuatu hal yang emosional bagi Liverpudlian, dan Benitez mungkin. Sekarang Torres juga ada di Chelsea. Dengan adanya Benitez disana, banyak orang berharap Torres akan kembali menunjukkan tajinya seperti saat di Liverpool. Well, we'll see.. No matter what, if there's a match between Liverpool vs Chelsea, you know whose side I'm on.
You'll Never Walk Alone!

(photos from telegraph and redandwhitekop)

No comments:

Post a Comment