Thursday 29 November 2012

Bersyukur

Pernah melihat sepeda motor beroda tiga di Jakarta? Bukan sepeda motor barang atau bentor seperti di Medan atau daerah Sulawesi sana. Tapi benar-benar sepeda motor beroda tiga yang memang digunakan untuk sehari-hari. Beberapa tahun lalu saya sempat melihatnya di Cipinang saat malam hari. Ketika itu adik saya nyeletuk 'Wah ada sepeda motor rodanya tiga, lo bisa pake itu tuh, Crit' (panggilan adik-adik ke saya, short nickname from Kucrit). Hahahaha. Saya hanya bisa tertawa dan bilang 'Enak aja!'. Saya memang ngga bisa naik motor karena itu adik-adik saya langsung ngomong begitu. Maksudnya dengan pake sepeda motor berkaki tiga itu, saya ngga usah capek-capek nurunin kaki kalo macet, jadi ngga perlu menahan beban berat motor. Cukup duduk manis aja di atas jok.


Sejak saya nyusruk ke semak-semak saat pertama kali belajar naik motor sudah cukup membuat saya kapok. Payah banget sih ya, kalo diinget-inget. Hahaha cuma kayak gitu doang terus males. Tapi selain itu, alasan saya ngga mau naik motor adalah karena motor itu berat. Yaaa emang sih ada motor-motor yang beratnya ngga seberapa (katanya), seperti motor matic, tapi terus mikir lagi, kalo nanti ban motor kempes kan harus ngedorong, dan seenteng-entengnya motor pasti akan berat juga. Naahh..terus mengendarai motor di Jakarta? Harus sikut-sikutan booo (yang ini ekstrem, cari-cari alesaaann aja dari tadi ). The point is I'm not a rider, I'm a loyal passenger. Hehehehe.

But, what I want to tell today is I see those three-wheeled motorcyles again this morning. Dan ngga menyangka ternyata pengendara motor beroda tiga itu adalah orang cacat. Pengendara pertama, kedua kakinya tidak ada, mulai dari pinggang sampai bawah. Pengendara kedua, kakinya terlihat lunglai di platform depan motor (kemungkinan besar lumpuh). Motor mereka pun bukanlah motor roda tiga yang canggih dan keliatan kinclong, tapi motor butut yang dimodifikasi di bagian belakangnya untuk mengakomodasi tambahan roda. Bayangkan usaha mereka untuk bisa mandiri berkeliling kemana-mana, tanpa ingin menyusahkan orang lain. Saya hanya ngga kebayang bagaimana kalau motor itu mogok atau kempes ban, dan tidak ada bengkel terdekat di sekitar mereka atau tidak ada pengendara lain yang lewat untuk bisa membantu mereka?

Apa yang saya lihat pagi tadi membuat saya cukup malu terhadap diri saya sendiri. Mereka tidak sempurna, tapi punya keberanian untuk menerjang kemacetan dan sibuknya lalu lintas kota Jakarta di saat rush hour dengan mengendarai motor. Pasti capek. Sementara saya, cukup duduk manis di atas motor diboncengi oleh adik saya, tanpa harus capek-capek mengatur gigi, laju kendaraan dan memperhatikan kendaraan lain. Karena itu, saya SALUT sama para pengendara motor itu dan jadi menyadari betapa sudah banyak berkah yang diberikan Tuhan kepada saya dan terkadang malah saya lupa bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh-Nya.

Saya juga jadi teringat momen masa kuliah ketika kelompok kami sedang mengerjakan tugas Jurnalisme TV atau Feature Elektronik (saya lupa). Waktu itu kami sekelompok mengangkat tema tuna netra. Gambar diambil di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Netra Wiyata Guna, di Jl Padjadjaran, Bandung. Dalam hidup saya, baru pertama kali itu saya masuk ke SLB. Saat masuk pertama kali dan melihat mereka (para penyandang tuna netra), segala perasaan campur aduk jadi satu. Di tengah keterbatasan, semangat belajar mereka sangat tinggi. SALUT.

Saat melihat ketidaksempurnaan pada satu sisi, bukan berarti kemudian kita sempurna. Nobody's perfect in this world. Namun sayang bila rasa syukur itu baru teringat kembali ketika melihat kekurangan orang lain, baik materiil maupun immateriil. Padahal rasa syukur itu harusnya dilakukan setiap hari, setiap saat. Saya jadi malu.

Saya percaya Allah SWT akan menambah nikmat kepada hambanya jika mereka bersyukur, seperti apa yang telah dijanjikan di dalam surah Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Semoga kita semua selalu ingat untuk bersyukur setiap saat. Amin.


ps: Tampaknya postingan kali ini adalah yang terakhir di Multiply, secara per 1 Desember 2012 blogger di Multiply digusur sama yang empunya perusahaan. Semua postingan blog dan review saya ekspor ke blogspot dengan alamat: yogieszone.blogspot.com. See you on the other side!

Sunday 25 November 2012

Unimportant Post (Part I)

Maybe this is the most unimportant post I've ever done. But who cares... So what is this crap thing I talk about? It's when I met with Muhammad Yunus from Bangladesh. He is great, don't get me wrong. But I usually never post anything like this before in my life..
When you got the chance to meet with one of Nobel Peace Prize Winner, you get excited and want to take a photo with him because maybe that is your once-in-a-lifetime opportunity. His work has inspired many people and encouraged the poorest to stand on their own. Short story, I met him when I attend Public Lecture "The Role of Social Entrepreneurship In Poverty Alleviation" in Shangri-La on October 24th. Albeit the blurry picture, I don't care..

A glimpse from the Public Lecture:
Bisnis sosial yang diinisiasi oleh Yunus ini memiliki inti bahwa tujuan bisnis adalah untuk mengatasi kemiskinan, bukan memaksimalkan keuntungan. Kesuksesan suatu bisnis sosial pun tidak diukur berdasar keuntungan yang diperoleh, tetapi seberapa besar bisnis tersebut mampu memecahkan masalah sosial. Salah satu hal penting yang menjadi inti dalam menjalankan bisnis sosial, yang disampaikan Yunus dalam bukunya Bisnis Sosial, adalah Mengerjakannya Dengan Hati. Dengan membangun bisnis sosial ini, ia pun memiliki mimpi dunia yang bebas kemiskinan. "So that we can put poverty in museum," tutup Yunus, di akhir Public Lecture.

I’m dreaming of the day when there is no more poverty on this planet…the day when our future generations would have to visit a museum to see what it was like to live in poverty. - M Yunus when delivered a speech at Oslo City Hall on September 4th, 2008 -

Friday 23 November 2012

Benitez Appointed as Chelsea's Interim Manager. Are you kidding me?

Oke. Satu poin yang perlu disampaikan sebelum membahas topik ini adalah gw tetep masih seorang Liverpudlian. Terus kenapa ngebahas Chelsea? Itu karena sosok Rafael Benitez yang baru aja diangkat sebagai pelatih sementara Chelsea, setelah Roberto Di Matteo didepak dari kursi pelatih. Benitez ini adalah pelatih Liverpool era 2004-2010. Cukup lama. Di Liverpool pun dia membuat sejarahnya sendiri. Cerita lengkapnya menyusul.

Ketika menangani Liverpool di awal musimnya, jujur gw sama sekali nggak kenal dengan Benitez. Kalau ngeliat di Wikipedia, Benitez ini sebelumnya pelatih Valencia (klub liga Spanyol), yang berhasil memenangkan La Liga dua kali di musim 2001-2002 dan 2003-2004 di tengah dominasi Real Madrid dan Barca, juga menang Piala UEFA. Melihat dari situ, bolehlah track recordnya. Ketika direkrut Liverpool di musim 2004-2005, Benitez ini menggantikan pelatih Liverpool sebelumnya, Gerard Houllier.


Saat Benitez masuk Liverpool gw ga terlalu yakin-yakin amat sama kemampuannya. Apalagi waktu itu dia nggak berhasil meyakinkan Michael Owen untuk tetap di Liverpool, yang kemudian akhirnya membuat Owen hengkang ke Madrid. Sedih juga, tapi ya sudahlah. Sebagai penggantinya, Benitez membawa dua pemain baru asal Spanyol, Luis Garcia dan Xabi Alonso di awal musim. Gw juga udah cerita soal dua pemain ini di posting sebelumnya.

Oke, lanjut...Di musim pertama Benitez di Liverpool, performa Liverpool cukup meyakinkan di beberapa pertandingan. Walau masih labil di kompetisi Premier League, di Champions League Liverpool tampil prima kendati di awal start ngga terlalu bagus. But in the end, nggak ada yang menyangka kalau di Champions League 2004-2005 Liverpool bisa sampai final dan akhirnya menjadi juara. Tapi yang gw pengen bahas disini sebenernya adalah perseteruan Liverpool dengan Chelsea ketika Benitez menjadi manager Liverpool. Sementara waktu itu Chelsea dilatih oleh Jose Mourinho. Momen khususnya adalah semifinal Champions League 2004/2005.

Seperti halnya kompetisi sepakbola klub-klub bersaing sengit untuk mendapatkan title setiap musimnya. Di musim 2004/2005 persaingan antara Liverpool dan Chelsea semakin memanas, karena di musim itu pertemuan kedua tim lebih banyak. Selain di kompetisi Premier League, kedua tim bertemu di Piala Liga dan Champions League. Di Piala Liga Liverpool kalah dari Chelsea di final, tapi yang bikin perseteruan kedua tim semakin panas adalah saat semifinal Champions League. Liverpool menjadi tim underdog karena selalu kalah dari Chelsea Apalagi di tahun itu Chelsea berhasil menjadi kampiun Premier League.

Gw masih inget banget semifinal Champions League tahun itu. Leg pertama semifinal dihelat di Stamford Bridge, kandang Chelsea. Skor berakhir 0-0. Seperti biasa, pertandingan lanjut di leg kedua, dimana Liverpool jadi tim tuan rumah. Match di Anfield itu ibarat pertarungan hidup mati bagi kedua tim karena siapapun yang menang akan melaju ke final.

Short story, di menit-menit awal Liverpool melakukan penetrasi ke kotak penalti Chelsea. Striker Liverpool, Milan Baros, dapat kesempatan emas di depan gawang. Saat ia menendang, ia dapat hadangan dari sejumlah bek dan kiper Chelsea. Baros terjatuh. Tapi bola masih bergulir ke arah gawang. Luis Garcia yang kurang terkawal melihat kesempatan itu dan langsung menendangnya ke arah gawang. Bola terlihat berada di ambang gawang dan melewati garis gawang, sebelum William Gallas menghalau dengan kakinya. It's a GOAL!!!
Banyak orang mengatakan kalau gol Luis Garcia itu kontroversial, karena dinilai belum melewati garis dan Gallas sudah menghalaunya terlebih dulu. Tapi sebenernya kalau dilihat dari tayangan ulang bisa dilihat bahwa bola telah lewat dari garis gawang, karena itu hakim garis dan wasit mengesahkannya menjadi gol. Saat itu Stadion Anfield bergemuruh. Gegap gempita. Berita selanjutnya yang gw baca, gemuruh fans Liverpool di semifinal itu mencatat desibel suara yang sangat tinggi. That goal was just like a dream. Gw ngga nyangka Liverpool akan unggul lebih dulu di menit-menit awal (kalo ga salah di menit ke-4).

Walau unggul lebih awal, selanjutnya permainan Liverpool tertekan oleh Chelsea. Tentu saja tim tamu berusaha mati-matian untuk mencetak gol. Serangan demi serangan terus mengalir. Liverpool hanya sesekali melakukan counter attack, karena semua pemain Liverpool saling bahu membahu membantu pertahanan. Di babak kedua permainan semakin menegangkan. Di penghujung waktu 90 menit akan berakhir, bek Liverpool, Jamie Carragher, sempat terkapar sebentar di lapangan setelah berusaha menghalau bola dari sisi pertahanan Liverpool. Gw sempet khawatir, karena Carragher bermain sangat apik malam itu. Alhamdulillah, akhirnya dia bisa melanjutkan pertandingan.

Menjelang akhir pertandingan saatnya wasit mengumumkan masa injury time. Dan ternyata oh ternyata, wasit memberikan waktu injury time sampai 6 MENIT! My first reaction at that time was: "What the HELL??? Are you kidding me??? 6 Menit itu dari mana???". Di babak kedua itu ngga banyak waktu yang dihentikan, Carragher pun paling cuma 2 menitan diurus sama tim medis. Kok bisaaaa injury time sampe 6 menit?? I was FURIOUS, but there wasn't anything I can do. At that time, I was just hoping Liverpool could maintain their performance. Karena kalau Chelsea berhasil membuat gol, otomatis Chelsea yang akan lolos ke final walau pertandingan berakhir seri. Ini karena sistem yang mengatur bahwa tim tamu akan diuntungkan jika berhasil membuat gol saat tandang. Jadiiii...gimana gw ga ketar-ketir sepanjang pertandingan. Karena kalo Chelsea bikin gol, itu berarti Liverpool harus bikin skor jadi 2-1!

It was soooo tense. Gw yakin Liverpudlian di Anfield juga merasakan hal yang sama. Setiap pemain Chelsea mendekati pertahanan Liverpool, gw selalu menutup mata. Selimut abis gw gigitin saking tegangnya. Pertahanan Liverpool benar-benar diuji di 6 menit terakhir itu. Chelsea punya kesempatan emas di menit-menit injury time terakhir. Striker Chelsea, Gudjohnsen mengirimkan umpan bagus ke depan gawang Liverpool. Melihat umpan itu jantung gw seakan berhenti berdetak. Itu umpan bebas yang bisa langsung disambar untuk menjadi gol. Untungnyaaaa Drogba dan pemain Chelsea lainnya telat mengantisipasi umpan itu. ALHAMDULILLAH...!!!! So anyway, that was the last good chance that Chelsea had on that night. Saat akhirnya injury time sudah akan memasuki menit ke-6, para Liverpudlian tak henti-hentinya membuat siulan, seperti ingin memperingatkan wasit kalau pertandingan sudah saatnya berakhir. Hingga akhirnya..wasit meniup peluit panjang menandakan pertandingan akhirnya selesaiiiii. Oh my God, I was soooo excited. I couldn't stop smiling. Seeing Liverpool players at that time, I was so proud. Setelah sekian lama ngga memenangkan kompetisi, Liverpool akhirnya punya kesempatan untuk memenangkan sebuah title di tahun itu. Champions League Final, here we come!

Anyway, pertandingan semifinal Champions League itu membuat perseteruan Liverpool dan Chelsea makin panas. Mourinho ngga terima. Benitez terus membela timnya. Fans Chelsea pun pastinya semakin marah kepada Liverpool. Karena dua tahun selanjutnya lagi-lagi Liverpool mengalahkan Chelsea di semifinal Champions League. Ho-ho-ho. Bisa dibilang kalau head-to-head Benitez lebih unggul dari Mourinho ketika kedua tim berhadapan.

Sebenernya saat Benitez akhirnya memutuskan untuk nggak melatih Liverpool lagi di tahun 2010 para fans Liverpudlian sempet ada yang kecewa. Gw juga termasuk salah satunya. Kontrak Benitez ngga diteruskan lagi karena ada ketidaksepahaman dengan pemegang saham, ceunah. Memang saat itu juga makin lama performa Liverpool terus menurun sejak memenangkan Champions League, tapi menurut gw masih bisa ditolerir. Setelah menduduki peringkat 5 di klasemen musim 2004-2005, Benitez membawa Fernando Torres ke Anfield. Karir Torres di awal musimnya itu cemerlang. Liverpool juga sempat menduduki peringkat 2, tetapi setelah itu terus menurun. Tetapi jika dibanding pelatih legendaris Liverpool lainnya di era 1970-1980an seperti Bill Shankly dan Bob Paisley, Benitez bisa dibilang hampir menyamai prestasi mereka. Sudah lama Liverpool ga mencecap rasa sebagai juara Champions League. Terakhir kali tahun 1984. Jadi ketika Benitez berhasil membawa Liverpool menjadi juara Champions League itu sesuatu banget buat para Liverpudlian.

Nah..saat membaca berita kemarin pagi kalau Benitez menjadi manager interim Chelsea, I was shock. Ya..memang cuma sementara aja sampe akhir musim ini katanya. Tapi..teteup ga nyangka aja kalau Benitez akan ngelatih Chelsea setelah melihat track recordnya di Liverpool. Kejadian itu memang udah lama, tapi tentu ga akan terlupakan oleh kedua klub dan fans. Mourinho dan Benitez ketika itu juga sempat bersitegang.

Ada beberapa Liverpudlian yang pengen Benitez balik ke Liverpool sebenernya, tapi kalo gw ngga terlalu berharap. Sekarang siapapun manager yang menangani Liverpool, gw dukung. Di tangan Brendan Rodgers sekarang ya bolehlah, walau belum sesuai harapan. Tetapi pastinya saat pertandingan Liverpool lawan Chelsea berikutnya akan menjadi sesuatu hal yang emosional bagi Liverpudlian, dan Benitez mungkin. Sekarang Torres juga ada di Chelsea. Dengan adanya Benitez disana, banyak orang berharap Torres akan kembali menunjukkan tajinya seperti saat di Liverpool. Well, we'll see.. No matter what, if there's a match between Liverpool vs Chelsea, you know whose side I'm on.
You'll Never Walk Alone!

(photos from telegraph and redandwhitekop)