Entah kenapa tiba-tiba saat itu saya kepengeeeennn banget ke pantai. Tapi bukan pantai Ancol atau Parangtritis. Saya pengennya ke pantai yang airnya masih bening, bisa sambil nyelam atau snorkeling. Ngga kepengen juga ke Kepulauan Seribu. Masih terlalu dekat sama Jakarta. Ngga kepengen juga ke Karimun Jawa, karena masih ada di pulau Jawa. Entah 'setan' apa yang sedang lewat di pikiran saya ketika itu, pokoknya saya pengen pergi liburan jauuuhh dari Jakarta.
Diiringi dengan niat itulah, saya langsung konsul sama mbah Google. Dari sana muncullah 'Wakatobi'. Ngeliat gambar keindahan bawah lautnya, terumbu karang dan ikan warna warni ngebuat saya ngiler pengen ke sana. Niat pun tercetus. (Padahal belum tau lokasinya ada dimana? Edan!).
Pas searching lebih lanjut, baru ketauan ternyata Wakatobi itu masuk Sulawesi Tenggara. Weitsss, jauh juga... Dari awal emang pengen pergi liburan jauh dari Jakarta, tapi nggak nyangka aja jauhnya sampe melintasi zona waktu. Sempat bimbang, gelisah, mondar-mandir bolak balik ke WC (yang terakhir ini lebay :p). Akhirnya saya putuskan buat tetep pergi ke sana. Saya juga akhirnya ngajak-ngajak temen buat nemenin saya ke Wakatobi (biar biaya nginep bisa lebih irit), tapi ternyata nggak ada yang bisa. Hiks.. Tapi karena saya udah pusiiing banget sama kerjaan, akhirnya saya nekat pergi sendirian.
Selama beberapa minggu sebelum saya memutuskan cuti, saya search opsi-opsi transportasi dan akomodasi untuk menuju Wakatobi. Tung-itung-itung ternyata bisa sampe Rp 3,5 juta buat nginep selama tiga hari, tiket pp ke Kendari, sama tiket kapal ke Wakatobi. Saya jumlahin dana itu dari hasil search di blog orang yang sudah pernah ke sana. Lupa kalo harganya bisa aja naek (Dodol!).
Ternyata bener aja, waktu mo booking harga tiket pesawat ke Kendari udah naek jadi dua kali lipatnya (OMG!). Yah..mungkin harga tiket di blog itu adalah harga promo yang udah dipesen beberapa bulan sebelumnya, sementara saya pengen perginya dalam waktu dekat. Jadi wajar aja harga tiketnya jadi mahal. Duh, ketauan banget backpacker amatiran-nya.
Eniwei, akhirnya saya cari alternatif lain untuk menuju Wakatobi dan menemukan blog yang cerita kalau ke Wakatobi bisa juga ditempuh dengan ke Makasar dulu. Dari sana naik kapal feri ke Baubau terus lanjut ke Wanci. Setelah diitung-itung ternyata lebih murah dengan cara seperti itu (Kali ini saya udah cek harga tiketnya). Ngga masalah agak muter-muter dan waktunya jadi lama, yang penting IRIT! Lagian saya juga liburan santai aja, ngga dikejar deadline toh...
Oke, transportasi udah ditetapkan. Giliran tempat nginep yang mesti dipikirin. Di Makasar saya ngga perlu pusing karena ada sepupu yang tinggal di sana. Untuk Wakatobi, saya search info ada penginapan yang harganya 60 ribu semalem. Sip! Tapi walau sebenernya transportasi dan tempat penginapan udah beres, saya mesti nyiapin juga kalau ke Wakatobi tempat sewa peralatan snorkeling atau selam mesti kemana. Walau udah search di internet tapi tetep aja merasa kurang pede. Sampai akhirnya saya keinget, saya punya teman orang Kendari! Namanya Kak Kiki (mentor saya waktu job training kuliah di KBR 68H). Setelah ngubek-ngubek notes andalan, Alhamdulillah saya nemu nomor teleponnya. Weisss..udah hampir tiga tahun saya ngga pernah ketemu dengan Kak Kiki, kira-kira orangnya masih inget ngga ya? Dulu kan saya masih cupu dan polos, hehehehe..
Akhir kata, saya hubungi Kak Kiki. Sempat waswas nomornya udah ganti. Alhamdulillah lagi, ternyata nomornya masih sama. Waktu diangkat dan saya memperkenalkan diri, ternyata Kak Kiki masih inget..Alhamdulillah. Setelah ngomongin pekerjaan, saya ngasih tau ke Kak Kiki soal rencana liburan saya. Ngga disangka, ternyata Kak Kiki punya teman di Wakatobi dan Baubau, jadi saya bisa dibantu soal tempat menginap dan transportasi selama disana. Hwaaahhh Alhamdulillah bangeettttt...! I owe you so much, Kak Kiki..
16 November 2009 menjadi awal petualangan saya selama kurang lebih lima hari ke depan. Berangkat dari Soekarno Hatta subuh-subuh menggunakan Sriwijaya Air. Mendarat di Makasar masih sekitaran 09.00 WITA, saya sudah ditunggu oleh kerabat di Bandara Sultan Hasanudin. Btw, ngomongin bandara Sultan Hasanuddin, saya amazed banget sama bangunannya yang sebagian besar dikasih kaca-kaca. It looks classy. Bersih dan cukup teratur.
Sesampainya di bandara Hasanuddin, saya berkenalan dengan sepupu kakak ipar, Kak Cacy, karena sepupu saya masih bekerja mengajar di SMK. Ngomong-ngomong baru kali itu saya menjejakkan kaki di Tanah Makasar. Keluar Bandara, mobil melaju masuk tol. Sepanjang perjalanan, mata saya tak terlepas memandang keluar jendela. Sudah menjadi kebiasaan saya melihat sekeliling dan mencoba mengingat tempat-tempat yang dilewati, mulai dari Dinas-dinas setempat, kantor DPRD, sekolah, sampai hotel dan pusat perbelanjaan. Secara garis besar, kesibukan kota Makasar hampir sama dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Saya cuma asik sendiri saja melihat sekeliling, walau pemandangannya ngga beda jauh sama kota lain.
Sesampainya di bandara Hasanuddin, saya berkenalan dengan sepupu kakak ipar, Kak Cacy, karena sepupu saya masih bekerja mengajar di SMK. Ngomong-ngomong baru kali itu saya menjejakkan kaki di Tanah Makasar. Keluar Bandara, mobil melaju masuk tol. Sepanjang perjalanan, mata saya tak terlepas memandang keluar jendela. Sudah menjadi kebiasaan saya melihat sekeliling dan mencoba mengingat tempat-tempat yang dilewati, mulai dari Dinas-dinas setempat, kantor DPRD, sekolah, sampai hotel dan pusat perbelanjaan. Secara garis besar, kesibukan kota Makasar hampir sama dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Saya cuma asik sendiri saja melihat sekeliling, walau pemandangannya ngga beda jauh sama kota lain.
Pemberhentian pertama di Makasar, saya diajak sepupu mencicipi Coto Makasar. Hmm baru kali ini juga saya mencicipi masakan khas Makasar. Warungnya sederhana hanya berbilik bambu, tapi ramai. Coto Makasar ini berbahan dasar jeroan sapi dan dagingnya. Waktu ditanya saya pingin Coto yang isinya otak atau paru, saya malah bilang, "Bisa isinya daging semua ngga?". Hahahaha..saya ngga terlalu suka sama jeroan, apalagi otak.Yang cukup menarik adalah Coto Makasar ini dimakan sama ketupat atau lontong, bukan nasi. Wedeh..kenyang deh pokoknya.
Setelah istirahat sebentar di rumah sepupu yang berada di Gowa, saya diajak muter-muter. Melewati Istana dan balai pertemuan kerajaan Gowa yang saat itu sedang dipugar (mungkin kalo sekarang udah selesai renovasinya). Yang cukup menarik dari bangunan itu adalah ukuran balai pertemuan yang lebih besar dari istana. Balai pertemuan berupa rumah panggung setinggi kurang lebih 4-5 meter, sementara yang disebut istana malah lebih kecil dari itu.
Oke, tujuan wisata pertama saya di Makassar adalah Pantai Losari. Saya sudah banyak mendengar cerita mengenai pantai ini, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk melihatnya sendiri. Namun sesampainya di sana, saya malah gigit jari, Haah ternyata begini doang?? Karena ada reklamasi pantai, otomatis nggak ada pantai berpasir. Parkir di depan Losari, jalan sedikit, Anda akan langsung menemui laut. Ya, perairan yang cukup dalam tanpa bertemu hamparan pasir. Gw jadi berasa bukan sedang di pantai, tapi di pelabuhan. Bedanya ngga ada kapal-kapal segede gaban yang menclok di deket situ. Di pantai Losari ini pengunjung bisa turun ke bawah menuju perairan karena disana ada puluhan tong berwarna biru mengapung yang dirakit menjadi sebuah jalan atau tempat untuk sekedar melihat pemandangan sekitar.
Saya disana cuma sekitaran 15 menit, lalu (Alm) mas Daeng mengajak saya makan di sebuah kios kecil sebrang Losari. Menu yang membuat saya tertarik adalah Nasi Campur. Hmm kira-kira kayak apa ya? Akhirnya saya pun memesan Nasi Campur. Dan ternyata oh ternyata itu adalah nasi dengan lauk yang banyaaaak aja. Ada abon, telor, daging, sambel goreng, oseng tempe. Huhuhuhu yang ada gw bingung gimana ngabisinnya..
Oke, tujuan wisata pertama saya di Makassar adalah Pantai Losari. Saya sudah banyak mendengar cerita mengenai pantai ini, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk melihatnya sendiri. Namun sesampainya di sana, saya malah gigit jari, Haah ternyata begini doang?? Karena ada reklamasi pantai, otomatis nggak ada pantai berpasir. Parkir di depan Losari, jalan sedikit, Anda akan langsung menemui laut. Ya, perairan yang cukup dalam tanpa bertemu hamparan pasir. Gw jadi berasa bukan sedang di pantai, tapi di pelabuhan. Bedanya ngga ada kapal-kapal segede gaban yang menclok di deket situ. Di pantai Losari ini pengunjung bisa turun ke bawah menuju perairan karena disana ada puluhan tong berwarna biru mengapung yang dirakit menjadi sebuah jalan atau tempat untuk sekedar melihat pemandangan sekitar.
Saya disana cuma sekitaran 15 menit, lalu (Alm) mas Daeng mengajak saya makan di sebuah kios kecil sebrang Losari. Menu yang membuat saya tertarik adalah Nasi Campur. Hmm kira-kira kayak apa ya? Akhirnya saya pun memesan Nasi Campur. Dan ternyata oh ternyata itu adalah nasi dengan lauk yang banyaaaak aja. Ada abon, telor, daging, sambel goreng, oseng tempe. Huhuhuhu yang ada gw bingung gimana ngabisinnya..
Setelah perut kembali terisi penuh, kami lalu jalan ke kawasan wisata Trans Studio. Cuma lewat aja, ya..nggak masuk. Mahal bow..! Ternyata dilihat dari luar Trans Studio ngga gede-gede amat tuh. Biasa aja.
Lalu perjalanan saya terus berlanjut menuju Makam Sultan Hasanuddin. Saat menuju ke sana, kami melewati Masjid tertua di Gowa yang menjadi cagar budaya, yaitu masjid Al Hilal atau disebut juga masjid Syekh Yusuf karena berada di jalan dengan nama yang sama. Walau masjid dibangun sejak zaman kesultanan Gowa (sekitar 1603), tapi terlihat bahwa masjid itu sudah mengalami pemugaran beberapa kali.
Lalu perjalanan saya terus berlanjut menuju Makam Sultan Hasanuddin. Saat menuju ke sana, kami melewati Masjid tertua di Gowa yang menjadi cagar budaya, yaitu masjid Al Hilal atau disebut juga masjid Syekh Yusuf karena berada di jalan dengan nama yang sama. Walau masjid dibangun sejak zaman kesultanan Gowa (sekitar 1603), tapi terlihat bahwa masjid itu sudah mengalami pemugaran beberapa kali.
Dari sana, kami menuju Pemakaman Kesultanan Gowa, yang ternyata berada di tepi jalan yang tidak terlalu besar. Di tengah komplek pemakaman terdapat sebuah bangunan kecil, dimana di dalamnya ada patung Sultan Hasanuddin yang memakai pakaian adat Sulawesi berwarna merah. Di temboknya kita juga bisa melihat daftar kepemimpinan Kesultanan Gowa sejak jaman Belanda.
Mengitari komplek pemakaman itu seluruh bangunan makam dibentuk seperti rumah kecil dan terbuat dari batu hitam. Yang membuat makam Sultan Hasanuddin berbeda adalah patung ayam jantan di atas makamnya. Berdasar info yang saya baca di makam Hasanuddin, dia menjadi raja di usia 23 tahun dan merupakan raja ke-16 di Gowa. Di sana selain makam Sultan Hasanuddin yang dikenal sebagai pahlawan nasional, juga terdapat makam sultan-sultan Gowa lainnya.
Mengitari komplek pemakaman itu seluruh bangunan makam dibentuk seperti rumah kecil dan terbuat dari batu hitam. Yang membuat makam Sultan Hasanuddin berbeda adalah patung ayam jantan di atas makamnya. Berdasar info yang saya baca di makam Hasanuddin, dia menjadi raja di usia 23 tahun dan merupakan raja ke-16 di Gowa. Di sana selain makam Sultan Hasanuddin yang dikenal sebagai pahlawan nasional, juga terdapat makam sultan-sultan Gowa lainnya.
Selepas dari sana sudah sore dan saya balik istirahat lagi di rumah sepupu. Sembari menunggu malam, saya disuguhi keripik pisang. Tapi yang menarik adalah keripik itu disuguhi dengan sambal. "Rasanya kurang kalau makan ngga pake sambal. Bahkan kalo makan ubi goreng juga harus pake sambal," kata Kak Cacy. Alamak..
Malamnya, saya diajak wisata kuliner lagi. Kali ini ke warung yang menyuguhkan Sop Saudara. Hah apaan tuh??? Ngga mungkin sodara-sodara dibikin sup kan ya..Saya mikirnya makanan itu kayak soto ayam. Ternyata Sop Saudara itu lebih mirip kayak tongseng, tapi bahan dasarnya daging sapi. Beda dengan Coto Makasar yang kuahnya lebih kental, Sop Saudara ini cair. Yang membuat mak nyusss adalah kuahnya yang kaya rempah. Saya ngga ahli soal bumbu (karena saya ngga bisa masak), tapi ladanya kerasa banget. Huah mantaplah pokoknya! Tapi satu hal yang saya pikirin adalah, gila juga kalau makan kayak beginian setiap hari, kolesterol bisa tinggi cuy..Secara tadi pagi udah makan Coto yang bahannya jeroan dan daging, sekarang daging lagi..Duh makanan enak emang terkadang nyusahin.
Eniwei, besok paginya saya langsung ngepak tas untuk menuju pelabuhan Makasar. Sebelumnya saya udah dipesenin tiket kapal ke Baubau sama sepupu jauh yang kebetulan punya biro travel. Jadwal kapal berangkat pukul 10.00 WITA, jadi saya udah siap-siap dari jam 8 pagi. Sebenernya agak ngeri juga berangkat naek kapal sendirian, apalagi menurut info hasil searching internet perjalanannya ditempuh sekitar 8 jam. Untungnya pas lagi nunggu kapal, ada seorang ibu dan puterinya yang tujuannya sama dengan saya dan mereka berbaik hati menawarkan duduk bareng saat diatas kapal.
Banyak hal yang saya alami di kapal Pelni itu, secara saya naeknya di kelas Ekonomi. Jadi pastinya banyak hal yang bisa diceritain dari sana. Tapi..karena saya udah mulai capek ngetik, jadi lanjut besok ya..
Banyak hal yang saya alami di kapal Pelni itu, secara saya naeknya di kelas Ekonomi. Jadi pastinya banyak hal yang bisa diceritain dari sana. Tapi..karena saya udah mulai capek ngetik, jadi lanjut besok ya..