Akhirnya sempet juga nonton Doraemon Stand By Me setelah dua
minggu pemutaran perdananya di Indonesia. Film ini udah menjadi salah satu satu
daftar tontonan wajib saya di bulan ini setelah adik saya, Venny ngasih tahu
info soal film Doraemon dan teman saya, Nissa langsung mengonfirmasinya. Why do I have to watch this? Because it’s
DORAEMON!
Buat yang lahir di tahun 80-an dan tumbuh besar di era 90-an
pastilah mengenal Doraemon. Diputar pertama kali oleh RCTI setiap hari Minggu
pukul 08.00, Doraemon adalah tontonan wajib anak-anak di zaman itu. Satu-satunya
serial Jepang yang saya sukai sebelum hadirnya Doraemon adalah Oshin di TVRI.
Nah, ketika ada Doraemon, si robot kucing inilah yang menduduki peringkat
teratas di hati saya. How couldn’t I? He has soooo many cool gadgets in his
pocket! Dua gadget favorit saya adalah Baling-baling Bambu dan Pintu Kemana
Saja. Oh, how traveling would be so simple with those two gadgets, hahaha.
Waktu kecil bapak saya pun hampir selalu membelikan komik Doraemon setiap pergi
ke toko buku. Saya sampai merengek minta dibelikan jam flip berbentuk Doraemon.
Pensil, pulpen dan penghapus saya juga bergambar Doraemon. I really looovvveeee
Doraemon!
Beranjak dewasa saya memang sudah tidak pernah lagi menonton
serial Doraemon di televisi. Namun, saya masih suka Doraemon dalam tingkatan
berbeda dari masa kecil saya dulu. Makanya, ketika ada Doraemon Stand By Me
diputar di bioskop, saya harus menontonnya. Ada ikatan emosional di sana. Walau
sampai harus ikut antrian mengular di Blitz Megaplex Bekasi, tetap tidak
menyurutkan semangat saya.
Doraemon Stand By Me mengisahkan awal mula pertemuan
Doraemon dan Nobita, hingga sempat berpisah dan bersatu lagi. Kisah kehidupan
Nobita mulai dari kecil hingga nanti saat dewasa dipadatkan di sini, tentu saja
dengan menggunakan Mesin Waktu. Yang saya suka di sini gambar karakter di
Doraemon begitu hidup karena dalam bentuk 3D. Ekspresi yang biasanya hanya ada
di komik Jepang tergambarkan dengan jelas di sini, seperti ketika Nobita kaget
dengan mulut menganga selebar-lebarnya, atau langsung terjatuh kaku ketika
melihat Shizuka sedang bersama Dekisugi, sampai ke ekspresi muka yang malu-malu
dengan pipi memerah. Saking lamanya saya ga nonton kartun Jepang dan terpapar
kartun Barat, saya sampai lupa begitu ekspresifnya kartun Jepang hingga membuat
saya berdecak kagum.
Eniwei, tidak hanya bentuk gambarnya yang keren, saya suka
pesan yang dapat diambil dari film ini. Seperti yang sudah diketahui semua
orang, Nobita yang pemalas dan dinilai sebagai siswa yang bodoh, juga sering
kali dibully oleh Giant dan Suneo. Sering kali dia sangat bergantung pada
gadget canggih Doraemon. Namun dibalik itu semua, Nobita adalah seorang anak
yang baik, tulus, dan peduli pada orang di sekitarnya.
Film ini memang pemadatan kisah mulai dari awal pertemuan
Nobita dan Doraemon hingga akhirnya berpisah dan bertemu lagi, namun bukan
berarti terkesan terburu-buru. Buat yang mau tahu kehidupan Nobita sehari-hari
sudah cukup tahu dengan melihat serialnya di televisi. Nah, silver lining dari
film ini adalah kita diajari untuk berusaha lebih baik untuk membentuk masa
depan yang lebih cerah, mengesampingkan ego pribadi demi kebaikan untuk orang
yang kita sayangi, jangan menyerah dan terpuruk ketika tantangan menghadang, dan
harus bisa tegar dan mandiri ketika kehilangan orang yang kita sayangi.
Jalinan setiap
karakter yang ada di Doraemon ini akan membuatmu tertawa dan menangis terharu
dan bahagia. Di tengah jalan ada aja peristiwa yang membuat saya menangis. Saya
ingat saya sampai meneteskan air mata dua kali saat menonton film ini, yaitu
ketika Nobita mengesampingkan egonya demi Shizuka, dan ketika Doraemon harus
berpisah dengan Nobita. Serta, menangis dan tersenyum bahagia di akhir film ini.
Anyway, for you who spent your childhood always watching
Doraemon in the morning, Doraemon Stand By Me is the movie you surely wouldn’t
wanna miss! Thank you Mr Fujiko F Fujio for bringing Doraemon into our life :)
My niece, Keysa, is so happy watching Doraemon |