Kami berangkat pagi menuju Nami, sekitaran jam 07.00 udah berangkat dari hostel. Bagaimana rute menuju Nami ini? Ada beberapa pilihan: naik kereta langsung (ITX), ngeteng naik kereta MRT dengan dua kali transit, atau naik bis dari Myeongdong. Berhubung kami sudah kehabisan tiket kereta ITX yang langsung menuju Gapyeong (stasiun terdekat dengan Nami), maka kami memutuskan untuk ngeteng naik kereta dengan dua kali transit di Hoegi dan Mangu. Bis tidak menjadi pilihan karena kami membawa kursi roda.
FYI, perbedaan waktu antara kereta ITX
dengan naik MRT menuju Gapyeong (pintu masuk menuju Nami) sekira 40 menit. Kalau
naik MRT perjalanan bisa sampai hampir 2 jam dan ketersediaan tempat duduk
tergantung penuh tidaknya kereta. Sedangkan dengan ITX waktu tempuhnya lebih
cepat (ETA 1 jam 10 menit) dan dapat nomor kursi tempat duduk. Keretanya
seperti kereta antar propinsi di Indonesia dengan tempat duduk menghadap ke
depan. Untuk memesan tiket kereta ITX ini dilakukan via online di www.letskorail.com.
Pemesanan bisa dilakukan hingga satu bulan sebelumnya.
Sayangnya, ketika saya mau pesan, tiket
dengan tempat duduk sudah habis. Mereka menjual juga sih tiket berdiri, tapi
kan ga mungkin saya beli itu. Kasian bokap kalau harus berdiri selama 1 jam
lebih di perjalanan. Maka, kami memutuskan untuk ngeteng aja ke Nami. Walau
lebih lama sampainya, tapi juga lebih murah. Harga tiket ITX ke Gapyeong
sebesar 4000 W, sedangkan naik MRT 2250 W.
Sesampainya di Gapyeong Station, di luar
stasiun akan langsung terlihat halte bis dan tempat antrian taksi. Untuk menuju
Nami Islands, pengunjung memiliki dua opsi yaitu naik bis atau taksi. Bagi
rombongan beranggotakan minimal tiga orang disarankan untuk naik taksi saja,
daripada bis. Tarif taksi ke Nami 3500-4000 W, sedangkan bis 950 W. Tentu saja
saat itu kami memilih taksi. Jarak dari Gapyeong Station ke Nami ga sampe 10
menit, kok. Supir taksi akan nurunin kita di dekat parkiran mobil Nami, setelah
itu kita harus berjalan menuju loket masuk.
Berhubung saat itu hari Sabtu, Nami penuh dengan pengunjung lainnya. Banyak rombongan anak sekolah dan pasangan muda yang mengajak anak-anaknya piknik. Usai membeli tiket, saatnya antri naik feri. Di hari libur seperti ini, feri menuju dan dari Nami datang setiap 10-15 menit sekali, jadi kami tidak terlalu lama menunggu. Saat naik feri ini saya excited banget. Ngga sabar ingin menjejakkan kaki di Nami Island yang sudah terlihat dari kejauhan.
Ketika feri sudah berlabuh, puluhan orang
berhamburan dari dalam feri. Sesampainya di Nami, tujuan pertama saya adalah
Tourist Information Center. Saya pingin nanya soal Winter Sonata Tour yang saya
lihat di laman visitkorea. Emang sih saya ga ngikutin dramanya, tapi kan
dengan ikut tur kita akan bisa liat langsung atraksi utama yang ada disana.
Namun, setelah saya nanya ke petugasnya, ternyata tur tersebut hanya tersedia
saat winter, sesuai dengan arti harfiah nama turnya. Si mbak petugas kemudian
memberi opsi agar kami naik tour-taxi saja yang rutenya mengelilingi bagian
luar pulau. Namun, saya langsung menolaknya karena kalau dilihat di peta Nami,
sebagian besar atraksi utama ada di bagian tengah pulau.
Lumayanlah nemu pohon ginkgo yang sedikit menguning. :D |
Saya pun kembali ke tempat ortu menunggu. Awalnya mereka memutuskan untuk hanya menunggu saya saja di dekat pintu masuk Nami dan memberi saya waktu untuk keliling Nami sendirian. Melihat kondisi jalanan di dekat pintu masuk Nami yang berbatu mengurungkan niat mereka untuk keliling Nami, karena akan sulit untuk ditempuh dengan mendorong kursi roda. Di sisi lain, toh, sejak awal kedatangan kami di Korea, saya selalu menekankan ingin pergi ke tempat itu.
Namun, saat saya baru berjalan 200 meter menuju ke deretan pohon pinus (yang jadi spot utama foto-foto) dan taman dengan pohon ginkgo yang mulai menguning, saya pikir ortu saya harus melihat ini. Sayang udah dateng jauh-jauh, malah cuma nongkrong di pintu masuknya. Lagipula jalanan di bagian tengah pulau tidak lagi berbatu, sehingga akan memudahkan kami untuk mendorong kursi roda. Dan, saya juga melihat ada kereta api mini yang dapat membawa kami semakin masuk ke bagian tengah pulau.
Mom and I |
Usai eksis narsis di deretan pohon pinus dan di bawah pohon ginkgo yang menguning, kami naik kereta api mini dengan membayar 2000 W sekali jalan. Opsi ini pas sekali buat pengunjung yang tak ingin atau kelelahan berjalan. Stasiun akhir kereta ini adalah pusat keramaian Nami. Di sana pengunjung bisa menemukan berbagai atraksi permainan, toko suvenir, taman, kolam, restoran, perpustakaan hingga musola. Di berbagai tempat juga terdapat patung, termasuk patung pemeran Winter Sonata yang terkenal itu.
Tiket Kereta Api Mini Nami |
Usai keliling, ngaso, dan foto-foto, kami menuju ke musola yang ada di lantai atas perpustakaan Nami. Musola ini mudah ditemui karena terletak di gedung perpustakaan yang berwarna kuning cerah, bersebrangan dengan toko suvenir. Di musola juga tersedia mukena dan sajadah. Fasilitasnya untuk mengakomodasi wisatawan muslim terbilang oke. Di sebelah perpustakaan juga ada restoran yang menyediakan makanan halal, loh. Kita bisa liat-liat menunya dulu yang disediakan pengelola di dekat pintu masuk musola. Tapi, cerita soal fasilitas bagi wisatawan muslim akan saya posting terpisah, yaa... Hehehe.
Foto di depan patung pemeran WInter Sonata is a-must, deeehh :p |
Di dekat stasiun itu ada booth pembelian tiket Seoul City Tour. Di sana kami mengambil The Downtown/Palace Course seharga 12 ribu Won. Durasi tur sekitar 2 jam. Lumayan siy bisa lihat beberapa tempat di Seoul yang ngga sempet kami datengin langsung, kayak lewat beberapa palace, dan termasuk ke N Seoul Tower, hehehe. Buat yang emang waktunya terbatas di Seoul, sangat direkomendasikan untuk mengikuti tur ini.
So, that was my last day in Seoul. Short trip, but at least I could catch a glance of what Seoul has to offer. Will be coming back, for sure! :D
Di Nami ada banyak tempat duduk dengan spot seperti di foto ini |
Tiket Seoul City Tour Bus |