Usai menjalani impulsive trip tahun lalu, di tahun ini saya memutuskan untuk leisure ke Seoul, Korea. Pada liburan kali ini, saya tidak pergi sendiri. Saya pergi dengan kedua orang tua. Setelah saya pulang dari Thailand tahun lalu, ibu saya sudah mewanti-wanti kalau next time saya berencana untuk ke luar negeri, dia pengen ikut. Bapak saya juga begitu. Okelah kalau begitu. Sekarang, saya pengin share soal segala persiapan yang dilakukan sebelum memasuki Negara Ginseng itu. Apa saja?
Untuk perjalanan ke Korea ini, saya membeli tiket secara ketengan alias bukan tiket Fly-Thru (dari Jakarta, transit di bandara, terus langsung lanjut ke Seoul). Rencana perjalanan ini bermula ketika pada September 2014 ada promo Air Asia Jakarta-Kuala Lumpur Rp 150 ribu (diluar pajak). Sebenarnya saya sedang mencari tiket ke Seoul, tapi karena waktu itu tidak ada promonya, akhirnya saya beli saja tiket ke KL. Saya berharap selanjutnya akan ada promo tiket ke Seoul.
Tak sampai sebulan, saya cek lagi website Air Asia dan
disana saya menemukan harga tiket Kuala Lumpur-Seoul sebesar Rp 2,9 juta PP. Saya
pikir okelah harga segitu, orang tua saya pun setuju, jadilah saya pesan tiket
itu. Urusan tiket ke Seoul sudah kelar, saya tinggal mencari tiket balik ke
Jakarta. Beberapa kali saya mengecek website travel, nggak ada harga yang
sesuai dengan yang saya mau. Rata-rata diatas Rp 500 ribu. Buat saya itu
terlalu mahal untuk tiket pulang saja. Saya pun memutuskan untuk menunggu.
Sebenarnya rada khawatir juga belum dapet tiket pulang ketika itu, heuheu. But,
the patience finally paid off.
Februari 2015, saya menemukan tiket murah Malindo Air di
Traveloka. KL-Jakarta Rp 224.300 per orang. Mata saya berbinar-binar
melihatnya, apalagi ketika tahu Traveloka ngasih tambahan diskon lagi untuk
pembelian tiket sebesar Rp 88 ribu karena merayakan Hari Imlek. Hohoho. Total jenderal, tiket pulang KL-Jakarta untuk 3 orang jadi Rp 584 ribu saja, alias hanya Rp 195 ribu per orang! Tiket Malindo Air itu sudah termasuk pajak dan bagasi 20 kg. Without
further a do, langsung booking tiket, mamih. Urusan tiket klaaarr!
Saatnya mencari hostel. Untuk urusan ini saya punya kriteria khusus berhubung nyokap cedera karena tulang kecil di tumit kaki kanannya patah sejak Ramadhan. Jadi saya harus mencari hostel yang ramah penyandang cacat, yang kalau bisa punya fasilitas lift dan dengan harga yang ngga terlalu mahal. Kami sempat mempertimbangkan untuk reschedule trip kali ini sebenarnya, ketika nyokap mengalami musibah. Galau jadi reschedule atau ngga, akhirnya baru kira-kira tiga minggu sebelum keberangkatan saya nanya biaya reschedule tiket ke November. Ternyata untuk reshedule harus bayar lagi sampe Rp 7 juta, bo! Nyokap pun bilang ngga usah reschedule, karena kami toh sudah mempersiapkan untuk bawa kursi roda saja. Lagipula nyokap juga udah mulai bisa jalan, walau harus dipapah dan ngga bisa berdiri lama.
Saya pun nyari hostel via Booking.com dan menemukan ada dua hostel yang setidaknya memenuhi kriteria saya, yaitu Limestay Hostel dan Bong Backpackers. Keduanya menawarkan harga di kisaran Rp 600 ribu per malam untuk Triple Room. Yang membuat saya tertarik dengan Bong Backpackers adalah kamarnya yang dilengkapi dengan dapur dan harga Rp 1,8 juta/3 malam. Sementara, Limestay menawarkan kamar di lantai dasar dan memiliki lift. Harganya Rp 2 juta/3 malam.
Saya sebenarnya cenderung ingin memilih Bong Backpacker karena harganya yang murah dan lengkap dengan dapur. Namun, karena tidak ada penjelasan kamarnya di lantai berapa, saya kuatir jika ternyata kamarnya berada di lantai 3 dan kami harus naik tangga. Jadi setelah ngomong ke bokap, akhirnya pilihan jatuh ke Limestay karena kepastian adanya lift di sana. Jadi walaupun kamarnya ada di lantai paling atas juga ngga masalah. Urusan booking hostel di Seoul kelar, saatnya beralih mencari hotel/hostel di Kuala Lumpur.
Soal menginap sehari di KL ini sebenarnya di luar rencana awal, karena tadinya kami berencana langsung pulang ke Jakarta di hari yang sama kami pulang dari Seoul. Namun, berhubung tidak ada penerbangan murah di hari itu, saya memutuskan beli tiket Malindo Air untuk keesokan harinya setelah kami sampai dari Seoul. Jadi kami punya waktu sekitar 18 jam transit di KL. Nyampe di KL hari Minggu jam 15.30, pesawat kami ke Jakarta baru hari Senin jam 11. Kalau saya pergi backpacker sendirian pasti saya akan nginep di KLIA 2 aja, demi menghemat biaya menginap. Tapi, ngga mungkin dong dalam trip ini saya berbuat begitu. Kasihan orang tua, lah. Jadi saya bilang ke bokap soal menginap sehari di KL, dan beliau pun senang-senang aja. Daripada bayar tiket pesawat yang bisa tiga kali lipat dari biaya hotel, mending kami menginap sehari di KL, lagian bisa lihat juga bagaimana KL di waktu malam.
Untuk urusan hotel di KL ini, teman backpackeran saya ke Bangkok tahun lalu, Tira menyarankan untuk memilih hotel di Bukit Bintang. Namun, setelah saya pertimbangkan akhirnya saya memilih hotel di Jalan Petaling. Kenapa? Karena letaknya di Chinatown yang juga banyak jual suvenir dan dekat dengan Central Market yang menjual coklat, yang berdasar info dari Tira, di Central Market ini harga coklatnya paling murah. Jadilah saya mencari-cari hotel di daerah Petaling dan akhirnya memutuskan untuk stay di Hotel Amigo yang terletak pas di Jalan Petaling. Jadi depan hotel sudah bisa langsung ke pasarnya.
Saatnya mencari hostel. Untuk urusan ini saya punya kriteria khusus berhubung nyokap cedera karena tulang kecil di tumit kaki kanannya patah sejak Ramadhan. Jadi saya harus mencari hostel yang ramah penyandang cacat, yang kalau bisa punya fasilitas lift dan dengan harga yang ngga terlalu mahal. Kami sempat mempertimbangkan untuk reschedule trip kali ini sebenarnya, ketika nyokap mengalami musibah. Galau jadi reschedule atau ngga, akhirnya baru kira-kira tiga minggu sebelum keberangkatan saya nanya biaya reschedule tiket ke November. Ternyata untuk reshedule harus bayar lagi sampe Rp 7 juta, bo! Nyokap pun bilang ngga usah reschedule, karena kami toh sudah mempersiapkan untuk bawa kursi roda saja. Lagipula nyokap juga udah mulai bisa jalan, walau harus dipapah dan ngga bisa berdiri lama.
Saya pun nyari hostel via Booking.com dan menemukan ada dua hostel yang setidaknya memenuhi kriteria saya, yaitu Limestay Hostel dan Bong Backpackers. Keduanya menawarkan harga di kisaran Rp 600 ribu per malam untuk Triple Room. Yang membuat saya tertarik dengan Bong Backpackers adalah kamarnya yang dilengkapi dengan dapur dan harga Rp 1,8 juta/3 malam. Sementara, Limestay menawarkan kamar di lantai dasar dan memiliki lift. Harganya Rp 2 juta/3 malam.
Saya sebenarnya cenderung ingin memilih Bong Backpacker karena harganya yang murah dan lengkap dengan dapur. Namun, karena tidak ada penjelasan kamarnya di lantai berapa, saya kuatir jika ternyata kamarnya berada di lantai 3 dan kami harus naik tangga. Jadi setelah ngomong ke bokap, akhirnya pilihan jatuh ke Limestay karena kepastian adanya lift di sana. Jadi walaupun kamarnya ada di lantai paling atas juga ngga masalah. Urusan booking hostel di Seoul kelar, saatnya beralih mencari hotel/hostel di Kuala Lumpur.
Soal menginap sehari di KL ini sebenarnya di luar rencana awal, karena tadinya kami berencana langsung pulang ke Jakarta di hari yang sama kami pulang dari Seoul. Namun, berhubung tidak ada penerbangan murah di hari itu, saya memutuskan beli tiket Malindo Air untuk keesokan harinya setelah kami sampai dari Seoul. Jadi kami punya waktu sekitar 18 jam transit di KL. Nyampe di KL hari Minggu jam 15.30, pesawat kami ke Jakarta baru hari Senin jam 11. Kalau saya pergi backpacker sendirian pasti saya akan nginep di KLIA 2 aja, demi menghemat biaya menginap. Tapi, ngga mungkin dong dalam trip ini saya berbuat begitu. Kasihan orang tua, lah. Jadi saya bilang ke bokap soal menginap sehari di KL, dan beliau pun senang-senang aja. Daripada bayar tiket pesawat yang bisa tiga kali lipat dari biaya hotel, mending kami menginap sehari di KL, lagian bisa lihat juga bagaimana KL di waktu malam.
Untuk urusan hotel di KL ini, teman backpackeran saya ke Bangkok tahun lalu, Tira menyarankan untuk memilih hotel di Bukit Bintang. Namun, setelah saya pertimbangkan akhirnya saya memilih hotel di Jalan Petaling. Kenapa? Karena letaknya di Chinatown yang juga banyak jual suvenir dan dekat dengan Central Market yang menjual coklat, yang berdasar info dari Tira, di Central Market ini harga coklatnya paling murah. Jadilah saya mencari-cari hotel di daerah Petaling dan akhirnya memutuskan untuk stay di Hotel Amigo yang terletak pas di Jalan Petaling. Jadi depan hotel sudah bisa langsung ke pasarnya.
Booking hotel selesai, saatnya membuat itinerary. Kerempongan saya menyusun itinerary dimulai 1 bulan
sebelum tanggal keberangkatan ke Kl dan Seoul pada September 2015. Untuk rencana trip di KL sih ngga rempong karena tujuannya paling cuma Genting Highland dan sekitaran kota KL saat kami transit untuk penerbangan ke Seoul. FYI, hari pertama itu kami sampai di KL jam 10.00 dan baru berangkat ke Seoul jam 1 malam. Jadi punya waktu seharian untuk eksplor KL.
Nah, yang benar-benar perlu direncanakan adalah itinerary di Seoul. Korea Tourism Organization (KTO) memberikan informasi wisata yang cukup lengkap di websitenya di SINI. Jadi wisatawan pun gampang banget memperoleh informasi untuk menyusun rencana perjalanannya. Saya akan berada di Seoul mulai tanggal 10 September dan akan pulang pada tanggal 13. Jadi saya cuma punya waktu 4 hari di Seoul. Sebentaaar bangeett… Terpaksa. Cuti terbatas :(. Oleh karena itu, saya pun memastikan itinerary saya benar-benar memuat destinasi wisata utama di Seoul, sehingga bisa memaksimalkan liburan. Berikut itinerary saya :
Nah, yang benar-benar perlu direncanakan adalah itinerary di Seoul. Korea Tourism Organization (KTO) memberikan informasi wisata yang cukup lengkap di websitenya di SINI. Jadi wisatawan pun gampang banget memperoleh informasi untuk menyusun rencana perjalanannya. Saya akan berada di Seoul mulai tanggal 10 September dan akan pulang pada tanggal 13. Jadi saya cuma punya waktu 4 hari di Seoul. Sebentaaar bangeett… Terpaksa. Cuti terbatas :(. Oleh karena itu, saya pun memastikan itinerary saya benar-benar memuat destinasi wisata utama di Seoul, sehingga bisa memaksimalkan liburan. Berikut itinerary saya :
Day 1
12.00-13.00 Incheon – Hostel
13.00-14.00 To Deoksugung Palace
16.00-16.30 To Cheonggyecheon Stream
17.00-19.00 Cheonggyecheon Stream
19.00-21.00 Insa-dong/Namdaemun Market/Dongdaemun Market
Day 2
09.00 Changdeokgung Palace and Secret Garden/Changgyeonggung
Palace
11.00-13.00
Itaewon
13.00-14.00 Go to Gyeongbokgung Palace
14.00-15.00 Gyeongbokgung Palace
15.00-16.00 The National Folk Museum of Korea
15.00-16.00 The National Folk Museum of Korea
16.00-17.00 Go to N Seoul Tower
17.00-19.00 N Seoul Tower
19.00 Dinner/Namdaemun/Dongdaemun/Insa-dong/Myeong-dong
Day 3
08.00-10.00 Go to Nami Island
10.00-12.00 Nami Island
12.00-13.00 Lunch
13.00-14.00 Go to Petite France
14.00-15.30 Petite France
15.30-18.00 Go to Seoul
18.00 Insa-dong/Namdaemun Market/Dongdaemun Market
Itinerary looks great, isn't it? But, unfortunately we didn't go to most of them because of many circumstances, hehehe. Cerita-cerita soal trip ini akan dilanjutkan di postingan berikutnya, ya...
18.00 Insa-dong/Namdaemun Market/Dongdaemun Market
Itinerary looks great, isn't it? But, unfortunately we didn't go to most of them because of many circumstances, hehehe. Cerita-cerita soal trip ini akan dilanjutkan di postingan berikutnya, ya...