Thursday, 1 August 2024

Family Trip : Myeongdong and Itaewon (Day 1)


Di hari pertama exploring Seoul, kami berencana ke daerah Itaewon dan Myeongdong. Karena di hari pertama ini jatuh di hari Jumat maka kami memutuskan untuk ke daerah Itaewon terlebih dulu agar bisa menunaikan shalat Jumat di Seoul Central Masjid. Walau sudah pernah ke Masjid Seoul ini, tapi saya agak lupa jalannya. Untungnya di Itaewon Station Exit 3 ada Tourist Information Center, jadi bisa nanya kesana dulu dan akhirnya dikasih selembar kertas berisi printout gambar menuju ke masjid.

Sayangnya pas sampai masjid ternyata pintu depan sedang direnovasi jadi kami harus berjalan lebih jauh ke arah belakang masjid supaya bisa masuk ke dalam. Cukup ngos-ngosan karena jalan nanjak, hahaha. Untungnya cuaca dingin dan nggak panas jadi ngga terlalu berasa capek. Sesampainya di masjid, Alhamdulillah belum azan zuhur. Kami hanya menunggu sekitar 20 menit, kemudian salat Jumat dimulai. Awalnya malah takut ketinggalan solat Jumat karena kami baru berangkat dari Airbnb jam 11.30. Ternyata azan zuhur di Seoul itu jam 13.30 jadi aman saat sampai masjid.

Selesai solat, kami memutuskan makan siang di Restoran Ied Halal Food, ngga jauh dari Masjid Seoul. Saat sampai disana, kami harus masuk waiting list karena memang pas jam makan siang jadi ramai dan harus antri. Menu makanannya variatif, enak dan harganya lumayan terjangkau. Restoran Ied menyediakan makanan Korea, jadi buat yang pengen nyobain Korean food bisa kesana tanpa perlu bertanya-tanya makanannya halal atau nggak. Berbagai macam menu makanan Korea tersedia di Restoran Ied, seperti samgyetang (sup ayam ginseng), ikan makerel bakar, topokki, bibimbap, sampai yang standar seperti chicken mayonaise rice bowl. Harganya mulai dari 8000-15000 won, kalo ngga salah.

Nah, selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke Daiso Myeongdong buat cari oleh-oleh. Penasaran juga kesana karena katanya Daiso di Myeongdong adalah salah satu Daiso terbesar di Korea. Harga barang disana juga murah-murah. mulai dari 500 won. Dari Itaewon menuju ke Myeongdong, kami naik MRT tanpa transit dan turun di Exit 1 Stasiun Myeongdong. Keluar stasiun udah keliatan kok Daiso-nya jadi nggak bakalan nyasar.

Sesampainya disana, kami nggak eksplor satu per satu lantainya siy.. karena Daiso Myeongdong itu kan 12 lantai ya, jadi kami hanya lihat-lihat di tempat aksesoris, stationery, peralatan rumah tangga dan food beverages section. Dan, ternyata aksesoris, stationery dan alat rumah tangga disana lucu-lucu banget.. Kalau ngga usah mikir gimana cara bawanya pulang, bakal dibeli kali itu yang ukurannya gede-gede, wkwkwk. In the end cuma beli yang printilan kayak handuk tangan, dompet koin, bando, dan stationery :D

Pas naek ke food beverages section, disini yang makan waktu agak lama karena kami menelusuri ingredients-nya satu per satu pake translation tools di handphone. Menghindari yang ada kandungan alkohol dan babi, baik itu di bahan utamanya maupun saat pembuatan makanan minumannya. Pokoknya ngga terasa udah 1 jam lebih kami menghabiskan waktu mencari oleh-oleh di Daiso Myeongdong. Pas pulangnya sampe beli tas belanja berukuran besar buat naro barang yang dibeli, wkwkwk. Untungnya adek bawa stroller anaknya jadi cukup ngebantu buat naro barang diatas stroller, hahaha.

Setelah dari Daiso, kami lanjut ke area street food Myeongdong. Walaupun sebenernya pricey, tapi penasaran aja gitu pengen nyobain street food-nya, heuheu. Nah, first stop, kami nyobain mochi buah. Harganya 4000 won per pcs. Saya pilih yang isinya peach karena penasaran sama rasa buah peach asli, hehehe. Rasanya ternyata agak manis dan teksturnya mirip mangga. Oh iya, mochi buah ini langsung dibuat saat ada pesenan ya. Jadi kita bisa liat saat penjualnya ngebungkus buah dengan mochi. Yumm...

Setelah nyobain mochi, keponakan beli tanghulu stroberi dan saya beli egg bread. Ternyata egg bread rasanya hambar, wkwkwk. Kurang saos sambel kalo kata saya mah, hahaha. Yah murah juga sih karena harganya cuma 2000 won. Egg bread adalah salah satu jajanan termurah di Myeongdong kayaknya, wkwkwk.

Lanjut kita beli bungeoppang isi custard. Ini juga murah, 5000 won dapet 4 pcs kalo ga salah. Tapi sayangnya rasa custardnya hambar jadi kurang appetizing pas dimakan, heuheu. Setelah itu kami nyobain es krim yang diselimuti marshmallow dan ditorch pake obor. Harganya 8000 won. Lumayan seger es krimnya dan ada rasa pait dikit dari hasil torch marshmallow. Cuma anak saya kurang suka karena katanya es krimnya ga keliatan, hahaha.

Setelah itu, kita nyobain lagi udang mentega, harganya 10 ribu won. Mahal siy, tapi enak, hehehe. Setelah itu, anak saya ngerongrong minta beliin potato twist, yasud akhirnya beli seharga 5000 won. Lumayan harganya dibanding di Jakarta yang lebih murah ya. Setelahnya minta beliin lagi cheese corndog. Saya lupa harganya. Tapi akhirnya karena kayaknya kekenyangan, itu corndog cuma dimakan seperempat, heuheu. Sisanya saya yang makan, wkwkwk.

Oh iya, di Myeongdong ini, saya juga sempet mampir ke outlet Nature Republic buat beli titipan skincare tante. Untungnya bawa duit cash yang cukup karena ternyata harganya lumayan mahal, wkwkwk. Saat belanja di Nature Republic ini kita langsung dapet potongan tax refund ya, jadi lumayan nggak usah repot ngurus tax refund di bandara. Finally, setelah sekitar 2 jam menelusuri street food Myeongdong, akhirnya kami pulang, dengan perut lumayan kenyang dan dompet lebih ringan, heuheu.

Saturday, 15 June 2024

Family Trip : Seoul (Itinerary and Budget)



Hello... Hai.. Hei...

Dah lama buanget saya ga posting blog inih ya sodara-sodara, heuheu.. Untung masih inget passwordnya, hahaha. Entah kenapa setelah punya bocil, energi untuk nulis seperti lenyap begitu saja. But, anyway here I am. Mulai menulis lagi, mencoba mengasah keterampilan menulis lagi. I hope it;s not getting worse or even boring.

So today I want to tell about my family trip to Seoul, South Korea. The second visit for me after in 2015 with my mother and father. But, with the whole family (husband, children, brother, sister, in-laws, nephew and nieces), it is the very first time. Sebenernya ngide untuk ke Seoul sudah direncanakan sejak 2023. Tapi, kami nunggu jadwal Cathay Pacific Travel Fair yang kerja sama dengan CIMB Niaga supaya dapet harga tiket yang sesuai budget dan transitnya ga terlalu lama. Why Cathay? Karena kami nasabah CIMB Niaga sehingga bisa dapet cashback saat travel fair, jadi bisa menghemat budget, hehehe.

Sebelumnya kami sudah mengecek harga tiket di online travel agent, tapi rata-rata kalau harga tiketnya murah pasti transitnya lebih dari 12 jam. Not suitable for family with little children. Kalau penerbangan langsung ke Seoul, harganya rata-rata diatas 4-5 juta sekali jalan. Jadi ga masuk budget, heuheu. Nah, saat Cathay Pacific Travel Fair digelar akhir Februari 2024 di Gandaria City (Gancit), kami akhirnya cuss kesana dan dapet tiket PP 5,7 juta setelah cashback. Sebenernya bisa dapet cashback lagi di hari berikutnya sehingga bisa dapat potongan harga lagi, tapi kami menyelesaikan transaksi di satu hari itu saja karena enggan bolak-balik ke Gancit. Lumayan jauh dari rumah soalnya. Kalau travel fair-nya di Kota Kasablanka mungkin akan kami jabanin bolak-balik.

Jadi, setelah urusan tiket selesai, saatnya mengurus visa dan mencari Airbnb. Untuk visa, kami memilih yang single visa dengan biaya Rp 856.000 per orang. Proses pengajuan visa sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Saya sudah pernah menulis soal pengajuan visa Korea di blog ini : Apply Visa Korea

Nah, kami berencana pergi dari 23-29 Juni 2024. Two days for trip to and from Seoul. Five days for exploring Seoul. Jauh lebih lama dari kunjungan saya sebelumnya yang cuma 3 hari, heuheu. Anyway, setelah berembuk dengan keluarga, akhirnya diputuskan untuk itinerary di Seoul sebagai berikut :

Day 1 (Friday, 24 June 2024)
11.00  Going to Itaewon
12.00  Jumah Prayer
14.00  Lunch
15.30  Going to Daiso Myeongdong
16.00  Daiso Myeongdong
18.00  Exploring Myeongdong Street Food

Day 2 (Saturday, 25 June 2024)
10.00  Gwangjang Market
11.30  Coex Mall
12.00  Lunch
13.30  Namdaemun Market
15.30  Seoullo 7017 Sky Garden

Day 3 (Sunday, 26 June 2024)
10.00  Hanboknam Rental
10.30  Gyeongbokgung Palace
13.00  Lunch
14.30  Namsan Tower

Day 4 (Monday, 27 June 2024)
10.00  Going to Lotte World
11.00  Lotte World
19.00  Going home

Day 5 (Tuesday, 28 June 2024)
10.00  Strolling around Hongdae
12.00  Lunch
13.30  Dongdaemun Design Plaza
14.30  Hybe Building
15.30  Han River

Apakah semua berjalan sesuai itinerary? Oh tentu saja tidak, hahaha. Karena di hari Minggu di Seoul itu hujan mulai siang sampai malam hari jadi agak merombak itinerary kami. Tempat tujuan juga ada yang berubah dan nggak jadi dikunjungi karena waktu yang terbatas. Maklum berangkat sama anak balita pasti persiapannya lebih lama dibanding kalau pergi sendiri atau dengan anak remaja. Jadi sesuaikan saja sama kondisi saat itu. Nggak usah terlalu maksa harus kesini dan kesana.The important thing is enjoying your trip.

So, how about the budget? Untuk Airbnb saya memutuskan mencari tempat yang semalemnya nggak lebih dari 5 juta. Setelah mencari beberapa properti akhirnya kami memutuskan untuk menginap di daerah Hongdae seharga 5 juta per malam (sudah termasuk pajak dan service fee). Pas sesuai budget. Kami memilih properti di Hongdae karena sejalur dengan Airport Railroad sehingga ngga perlu transit dari Bandara Incheon. Selain itu, propertinya juga dekat dengan stasiun MRT dan Hongdae Shopping Street. Fasilitasnya juga lengkap mulai dari kompor, rice cooker, kulkas, microwave, mesin cuci, dispenser air, setrika, hair dryer, handuk, dan amenities lainnya. Lokasinya juga di lantai 2 jadi walaupun naik tangga nggak akan terlalu capek lah ya.

Soalnya ada alternatif properti lainnya yang di bawah budget tapi dia di lantai 4 dan ngga ada lift, heuheu. Naek ke lantai 2 sambil bawa koper aja udah ngos-ngosan, apalagi ke lantai 4, wkwkwk. Ini juga sih yang harus diperhatiin saat nyari Airbnb di Seoul karena rata-rata dia ada di lantai atas dan nggak ada lift. Jadi harus pastiin baca deskripsi properti dengan baik dan chat pemilik rumah untuk memastikan properti itu sesuai yang kamu mau ya.

Oke, selanjutnya budget untuk makan. Kami memutuskan untuk ngeluarin budget makan sekali saja, yaitu saat makan siang. Untuk sarapan dan makan malam , kami masak di rumah. Kami membawa beras dan lauk pauk siap saji dari Indonesia, jadi saat di sana tinggal manasin makanan saja dan bisa langsung makan. Di Seoul juga kami hanya membeli telur untuk direbus dan sayuran untuk pecel jadi nggak ngeluarin budget tambahan lagi untuk sarapan dan makan malam. Untuk budget makan siang, saya anggarkan 15.000 won per orang untuk dewasa dan 12.000 won per orang untuk anak.

Sementara, untuk budget tiket wisata kami memutuskan anggaran dialokasikan hanya ke Lotte World, Hanbok Rental dan Namsan Tower. Untuk Hanbok Rental dan Namsan Tower, saya memesan di Klook, sementara Lotte World dipesan di Tiket.com. Saat pesan tiket wisata, saya membandingkan antara dua aplikasi itu saja karena mereka memang menawarkan harga yang best deal dibanding yang lain.

Lalu, untuk transportasi sehari-hari kami memutuskan untuk naik MRT. Budget transportasi ini bisa disesuaikan dengan tujuan kamu. Saya cek rute dan ongkos MRT Seoul di website metroguides.info. Website itu bisa dijadikan panduan kamu saat naik MRT karena memuat semua line MRT di Seoul dan memberikan informasi harus transit di stasiun mana (jika kamu harus transit). Jadi udah nggak bermodalkan brosur peta MRT lagi seperti waktu pertama kali saya ke Seoul. Ini sangat memudahkan dan bikin nyaman karena nggak harus bolak-balik buka peta. Paling yang bikin tricky saat naik MRT di Seoul adalah ketika harus transit dan mencari line MRT tujuan selanjutnya, karena ada stasiun MRT Seoul yang bertingkat jadi harus bener-bener dicari nomor line MRT dan arah tujuan selanjutnya. Kalau sampai salah akan jadi agak ribet karena harus naek tangga dan pindah ke jalur lainnya.

Nah, untuk transportasi MRT selama 5 hari, saya anggarkan 24.000 won untuk dewasa. Sementara, harga tiket untuk remaja dan anak usia 6-11 tahun lebih murah, jadi pastikan daftarkan tiket remaja dan anak saat kamu membeli T-Money di minimarket dengan memberikan paspor ke petugasnya. Untuk tiket remaja saya hanya menganggarkan 15.000 won dan anak-anak 10.000 won.

Untuk transportasi selain MRT, saya juga menganggarkan ongkos taksi untuk menuju Bandara Incheon saat mau pulang ke Indonesia, supaya nggak ribet mengangkat koper karena pasti bawaannya bertambah banyak, hehehe. Untuk taksi jumbo ini saya sudah tanya-tanya sebelumnya ke pemilik rumah Airbnb dan ternyata dia bisa membantu untuk reservasi taksi. Di awal dia bilang bisa memesankan dua taksi dengan total 220.000 won. But, in the end, it's only one jumbo taxi (15-seater) and the cost is 190.000 won. Lumayan menghemat, hahaha.

And that's it. Itinerary dan budget sudah siap. And we are ready to go! Bismillah...

Sunday, 5 May 2019

Cara Apply Bebas Visa Jepang

Visa Waiver Jepang
Setelah berburu tiket ke Jepang tahun lalu, saatnya buat visa. Sebagai pemegang e-paspor alias paspor elektronik, pemohon visa bisa gratis ngajuin langsung ke Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang. Ngajuin visa Jepang ini simpel dan cepet banget. Hanya bawa formulir dan paspor, visa Jepang jadi dalam waktu 1 hari kerja aja. Apply hari ini, visa jadi besoknya. So, today's post looks like gonna be a short one. Hehehe. 

Saya berencana liburan ke Jepang sekeluarga. Yang dimaksud satu keluarga disini, selain suami dan anak saya, adalah orang tua saya, adek dan pasangannya, juga keponakan. Total rombongan ada 11 orang. Tapi, yang punya e-paspor cuma saya dan anak saya. Jadi yang apply visa waiver ke Kedubes Jepang cuma kami berdua. Yang lain apply visa via VfS. 

Terus gimana apply visa waiver di Kedubes? Prosesnya gampang banget. Cukup print dan isi formulir yang ada di link ini: https://www.id.emb-japan.go.jp/visa_waiver2018.html. Terus bawa formulir dan e-paspor ke Kedubes Jepang. Lokasi kedubes ada di Jl MH Thamrin, pas di depan eX Plaza Indonesia. Untuk pengajuan visa waiver dibuka dari jam 09.00-12.00.

Nah, liburan ke Jepang rencananya akan dilakukan awal Maret. Namun, saya udah ngajuin visa dari akhir Januari. Sebenernya kalo mo ngajuin visa di Februari juga bisa karena prosesnya cuma 1 hari kerja, tapi saya ajuin di Januari karena sekalian jalan ke VfS buat apply visa Jepang untuk anggota keluarga saya.

Untuk menuju Kedubes Jepang, jika memakai kendaraan pribadi, maka bisa parkir di Plaza Indonesia. Buat yang naek Transjakarta, halte busway terdekat adalah Halte Bundaran HI. Dari Plaza Indonesia ke Kedubes tinggal ngesot aja karena lokasinya pas banget di depannya. Tinggal keluar aja dari Lobby Thamrin atau Lobby The Plaza. Dari pinggir Jl MH Thamrin, kantor Kedubes juga udah keliatan dengan tanda ada bendera Jepang yang berkibar di tiang. 

Saat masuk Kedubes tinggal bilang aja ke petugas keamanan kalo kita mau apply visa. Pas masuk ke dalam, kita akan diminta untuk menukar KTP dengan akses masuk. Setelah dari pos penukaran ID, masuk lagi ke dalam untuk pemeriksaan barang bawaan. HP boleh dibawa tapi nggak boleh dipake di dalam ruangan. Selanjutnya, baru deh ke ruangan apply visa.

Saat masuk ke dalam ruangan akan ada petugas satpam lagi yang berjaga dan membantu mengarahkan untuk ambil nomor antrian. Kalau kamu belum isi formulir visa, maka bisa isi dulu disana. Formulirnya sudah disediakan. Tapi, kalau sudah isi formulir, maka kita akan langsung diminta untuk isi selembar kertas kecil dua rangkap. Di kertas ini kita hanya diminta untuk isi nama, nomor paspor dan nomor telepon saja. 


Kertas untuk pengambilan paspor

Selanjutnya tinggal nunggu antrian aja. Nah, didalam ruangan ada lima loket. Tiga loket dipakai untuk apply visa, sementara sisanya sepertinya dipakai untuk pengurusan WN Jepang yang tinggal di Indonesia. Namun, saat itu untuk apply visa hanya dua loket aja yang dibuka. 

Saat disana, yang apply visa cukup rame tapi antriannya cukup cepat. Saya cuma nunggu sekitar 10-15 menit aja. Nah, untuk antrian apply visa di Kedubes Jepang kita cukup liatin layar kecil aja yang ada di atas setiap loket. Saat nomor antrian berubah, ada notifikasi bunyi 'tring' jadi kita selalu terinformasi. Kalo misalkan kita lagi bengong dan nggak ngeh, petugas loket akan manggil nomor antrian pake toa. Jadi insya Allah nomor antrian nggak terlewat. Lagian ruangan apply visa sunyi, nggak banyak orang yang ngobrol. Sekalinya saya ngobrol sama adek itu pun dengan suara rendah. Jadi pasti bunyi notifikasi antrian akan kedengeran lah ya.. Hehehe 

Saat nomor antrian saya tiba, saya segera menggendong anak saya menuju loket. Nggak tau sih tindakan saya itu sebenernya diperluin apa ngga. Tapi daripada bolak balik, saya bawa aja anaknya biar dilihat sama petugasnya, hehehe. Abis itu, langsung deh serahin formulir, e-paspor, dan kertas kecil ke petugas. Saat itu saya juga bawa berkas KK sama akta lahir anak saya, tapi ternyata nggak ditanyain. Jadi ternyata emang cuma formulir dan e-paspor aja. As simple as that. 

Cuma sekitaran 5 menit aja di loket, terus udah kelar. Petugas lalu akan ngasih rangkap kedua kertas kecil tadi sebagai bukti pengambilan paspor besok. Di kertas kecil itu tertera jelas pengambilan paspor bisa dilakukan pada pukul 13.30-15.00. Abaikan tulisan disitu yang jelasin kalo proses visa 4 hari kerja, karena petugasnya ngomong dengan jelas kalo paspor udah bisa diambil besok. And, that's it. Proses pengajuan selesai. Saatnya ambil paspor besoknya :)

Sesuai waktu yang diminta oleh Kedubes Jepang, saya pun balik lagi kesana esok harinya. Pas sampe sana tinggal bilang aja ke satpam kalo mo ambil paspor. They already know the procedure. Saat ambil paspor ini malah lebih cepat lagi. Setelah ambil nomor antrian, nggak sampe 10 menit udah dipanggil. Saat di loket tinggal serahin kertas kecil buat ambil paspor. Petugas akan langsung ngasih paspornya tanpa basa basi. Saat itu saya masih belum tau paspor saya dan anak dikasih visa waiver apa nggak, karena petugas nggak ngasih liat bagian dalam paspor. Agak deg-degan pas buka bagian dalam paspor. Dan, Alhamdulillah ternyata kami dapat visanyaaa... Yiiipppiiieee... 

Untuk visa waiver ini berlaku selama 3 tahun dengan maksimal masa tinggal 15 hari. Bisa bolak balik deh tuh ke Jepang selama 3 tahun tanpa harus ngajuin visa lagi. Alhamdulillah ternyata proses visa waiver untuk pemegang e-paspor emang mudah banget. Ngga nyangka akhirnya bisa ke Jepang juga, heuheu. Next saya akan sharing pengajuan visa Jepang bagi pemegang paspor biasa, ya..